Friday, May 17, 2013

makalah multimedia

Pembacaan Puisi Melalui Alat Perekam Magnetik Standar Kompetensi yaitu (Mendengarkan) Memahami pembacaan puisi Kompetensi Dasar yaitu Menanggapi cara pembacaan puisi Merefleksi isi puisi yang dibacakan Pembelajaran kelas VII Semester II Pembacaan puisi melalui media alat perekam magnetik merupakan salah satu cara yang digunakan guru untuk mengajarkan suatu proses pembelajaran melalui media pembelajaran. Alat perekam magnetik sering juga disebut dengan tape recorder yang mana alat ini digunakan untuk merekam bunyi suara yang diucapakan. Alat ini merupakan salah satu dari media pembelajaran yang merupakan media audio. Alat ini memiliki kelebihan dan kelemahan yang akan dijelaskan pada bagian selanjutnya. Mengapa team kami memilh media pembelajaran alat perekam magnetik atau tape recorder pada pembacaan puisi, karena menurut team kami media ini sesuia dangan materi yang ingin diajarkan dan mengarah pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang diinginkan. Yaitu dengan standar kompetensi (mendengarkan) memahami pembacaan puisi dengan kompetensi dasar yaitu menanggapi pembacaan puisi dan merefleksi isi puisi yang dibacakan. Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dipilih merupakan pembelajaran kelas VII Semester II. Puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama,matra,rima, serta penyusunan larik dan baitnya( KBBI 2004:1112). Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam membaca puisi sebagai berikut: • Ketepatan ekspresi/mimik Ekpresi adalah pernyataan perasaan hasil penjiwaan puisi. Mimik adalah gerak air muka. • Kinesik yaitu gerak anggota tubuh. • Kejelasan artikulasi Artikulasi yaitu ketepatan dalam melafalkan kata- kata. • Timbre yaitu warna bunyi suara (bawaan) yang dimilikinya. • Irama puisi artinya panjang pendek, keras lembut, tinggi rendahnya suara. • Intonasi atau lagu suara Dalam sebuah puisi, ada tiga jenis intonasi antara lain sebagai berikut : 1. Tekanan dinamik yaitu tekanan pada kata- kata yang dianggap penting. 2. Tekanan nada yaitu tekanan tinggi rendahnya suara. Misalnya suara tinggi menggambarkan keriangan, marah, takjud, dan sebagainya. Suara rendah mengungkapkan kesedihan, pasrah, ragu, putus asa dan sebagainya. 3. Tekanan tempo yaitu cepat lambat pengucapan suku kata atau kata. Unsur-unsur puisi Unsur-unsur puisi meliputi struktur fisik dan struktur batin puisi 1. Struktur Fisik Puisi Struktur fisik puisi terdiri dari: • Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi. • Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. • Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair. • Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll. • Gaya bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Gaya bahasa disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks. • Rima/Irama adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup: 1. Onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.), 2. Bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya 3. Pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Rima sangat menonjol dalam pembacaan puisi. 2. Struktur Batin Puisi Struktur batin puisi terdiri dari • Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan. • Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya. • Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll. • Amanat/tujuan/maksud (itention); yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca Jenis-Jenis Puisi Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru Puisi Lama Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain : • Jumlah kata dalam 1 baris • Jumlah baris dalam 1 bait • Persajakan (rima) • Banyak suku kata tiap baris • Irama Ciri puisi lama: • Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya. • Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan. • Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima. Jenis-jenis puisi lama • Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib. • Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka. • Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek. • Seloka adalah pantun berkait. • Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat. • Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita. • Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris. Puisi Baru Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima. Ciri-ciri Puisi Baru: • Bentuknya rapi, simetris; • Mempunyai persajakan akhir (yang teratur); • Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain; • Sebagian besar puisi empat seuntai; • Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis) • Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata. Jenis-jenis Puisi Baru Menurut isinya, puisi dibedakan atas : • Balada adalah puisi berisi kisah/cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya. Contoh: Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Balada Matinya Seorang Pemberontak”. • Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Ciri-cirinya adalah lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau almamater (Pemandu di Dunia Sastra). Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernapaskan ketuhanan. • Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum. • Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Epigram berasal dari Bahasa Yunani epigramma yang berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan. • Romansa adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Berasal dari bahasa Perancis Romantique yang berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra • Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Berisi sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang. • Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik. Berasal dari bahasa Latin Satura yang berarti sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim etc) • Distikon, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai). • Terzina, puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai). • Kuatrain, puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai). • Kuint, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai). • Sektet, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai). • Septime, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai). • Oktaf/Stanza, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris (double kutrain atau puisi delapan seuntai). • Soneta, adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta berasal dari kata sonneto (Bahasa Italia) perubahan dari kata sono yang berarti suara. Jadi soneta adalah puisi yang bersuara. Di Indonesia, soneta masuk dari negeri Belanda diperkenalkan oleh Muhammad Yamin dan Roestam Effendi, karena itulah mereka berdualah yang dianggap sebagai ”Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk soneta Indonesia tidak lagi tunduk pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, tetapi lebih mempunyai kebebasan dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah barisnya (empat belas baris). Media Dengar (Media Audio) adalah alat media yang isi pesannya hanya diterima melalui indera pendengaran saja. Media pembelajaran, adalah suara-suara ataupun bunyi yang berkaitan dengan materi pembelajaran direkam dengan menggunakan alat perekam suara, kemudian hasil perekaman tersebut diperdengarkan kembali kepada peserta didik dengan menggunakan sebuah alat pemutarnya. Yang termasuk dalam media audio salah satunya adalah alat perekam magnetik. Alat perekam magnetik atau tape recorder adalah salah satu alat elektronik yang mampu merekam suara secara manual dan merupakan salah satu media yang memiliki peranan yang sangat penting dalam penyampaian keakuratan sebuah informasi. Adapun kelebihan dan kekurangan dari alat perekam magnetik adalah sebagai berikut: 1. Kelebihan  Mempunyai fungsi ganda untuk merekam, menampilkan rekaman dan menghapusnya;  Pita perekam dapat berputar berulang-ulang tanpa mempengaruhi volume;  Pita rekaman dapat dipakai sesuai dengan jadwal yang ada;  Rekaman dapat dihapus secara otomatis dan pitnya bisa dipakai lagi;  Program kaset dapat menyajikan kegiatan-kegiatan atau hal-hal diluar sekolah;  Program kaset bisa menimbulkan beberapa kegiatan diskusi, dramalisasi, pembacaan puisi dan lain-lain dan  Program kaset memberikan efesiensi dalam pengajaran bahasa. 2. Kelemahan  Daya jangkauan terbatas.  Dari segi biaya, bila untuk sasaran yang banyak jauh lebih mahal. Langkah-langkah penerapan pembacaan puisi dengan menggunakan media alat perekam magnetik sebagai berikut : 1. Kelas harus dibawa kearah belajar mendengarkan rekaman secara aktif; 2. Guru hendaknya mengenal dan memahami rekaman tersebut kepada sisiwa; 3. Menerangkan secara teoritis tentang cakupan puisi; 4. Memilih jenis puisi yang sesuai materi yang akan diberikan; 5. Guru memperagakan di depan kelas bagaimana cara membaca puisi dengan menggunakan alat tersebut sesuai dengan kaidah pembacaan puisi yang baik dan benar; 6. Guru merekam dan memperdengarkan kembali hasil dari pembacaan puisi yang telah dibacakan serta dapat menjelaskan bagaimana cara menggapi dan merefleksi isi pembacaan puisi secara benar sehingga siswa dapat membacakan puisi secara baik dan benar; 7. Guru menentukan point-point yang dijadikan penilaian terhadap pembacaan puisi; 8. Guru menugaskan setiap siswa untuk membacakan puisi yang telah diperdengarkan sebelumnya dan 9. Siswa dapat membacakan puisi dengan baik sesuai dengan apa yang telah dijelaskan,diperdengarkan serta menanggapi dan merefleksi isi puisi yang dibacakan.. Media pembelajaran Audio sebagai alat komunikasi antara pengajar dan peserta didik sehingga proses belajar pembelajaran lebih efektif dan efisien. Dengan menggunakan media audio secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif siswa. Sehingga menimbulkan gairah belajar, memungkinkan interaksi langsung antara siswa, lingkungan, kenyataan, dan memungkinkan siswa untuk belajar sesuai dengan minat dan kemampuannya. Penggunaan media audio dalam pembelajaran dapat membantu anak dalam memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Salah satu media pembelajaran audio yang digunakan yaitu alat perekam magnetik yang digunakan pada salah satu pembelajaran membaca dan menganalisis pembacaan puisi. Daftar Pustaka http://id.wikipedia.org/wiki/Puisi http:// blog.tp.ac.id//klasifikasi-media-pembelajaran. http://rennyoktarina.blogspot.com/p/pengertian-media-audio.html

No comments:

Post a Comment