Saturday, February 22, 2014

makalah penentuan kelas kata



PENENTUAN KELAS KATA DALAM TATA BAHASA INDONESIA
DI SUSUN OLEH
DESMAWATI
116210292
KELAS IIIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA  INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2012






KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. Atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah Penentuan Kelas Kata dalam Tata Bahasa Indonesia. Dalam hal ini penulis menyadari, bahwa tanpa adanya nikmat yang diberikan oleh-Nya, maka penulis tidak akan dapat menyelesaikan penyususan makalah ini dengan baik dan lancar.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang te lah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga Allah Swt. Senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Pekanbaru, Desember 2012



                                                                                     Penulis







i
 
 
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………             i
DAFTAR ISI ………………………………………………………..              ii
BAB I  PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …….………………………………..……………              1
1.2 Ruang Lingkup……………………………………………………             3
1.3  Rumusan Masalah………………………………….……............              3
1.4  Tujuan Penulisan…………………………………………….......               3
1.5 Manfaat Penulisan………………………………………………..                 4
1.6 Penjelasan Istilah…………………………………………………              5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Kata……………………………………… …………….              7
2.2 Batasan Kata…….……………………………………………….              8
2.3 Alat dalam Pembentuk Kata…………………………………….               8
2.4 Penentuan dan Pembentukan kata…………………………….              9
2.5 Klasifikasi Kata………………………………………………….             14
2.6 Hasil ……………………………………………………………..             15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………..             19
3.2 Saran……………………………………………………………..            20
ii
 
DAFTAR PUSTAKA. ………………………………………………            21



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Proses morfologi pada dasarnya adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), penggulangan (dalam proses reduplikasi), penggabungan(dalam proses komposisi), pemendekan (dalam proses akronimisasi), dan pengubahan status (dalam roses koveresi). Prosedsur ini berbeda dengan analisis morfologi yang mencerai-ceraikan kata( sebagai satuan sintaksis)menjadi satuan-satuan yang lebih kecil. Jadi, kalau dalam analisis morfologi, seperti menggunakan teknik Immedite Constituen Analysis(IC Analysis), terhadap kata berpakaian, misalnya, mula-mula kata berpakaian dianalisis menjadi bentuk ber- dan pakaian; lalu bentuk pakaian dianalisis menjadi bentuk pakai dan –an. Maka dalam proses morfologi prosedurnya dibalik: mula-mula dasar pakai diberi sufiks –an  menjadi pakaian. Kemudian kata pakaian itu diberi prefik ber- menjadi berpakaian. Jadi, kalau analisis morfologi ceraikan data kebahasaan yang ada, sedangkan proses morfologi mencoba menyusun dari komponen-komponen kecil menjadi sebuah bentuk yang lebih besar yang berupa kata kompleks atau kata yang polimorfemis.
1
 
 Kata dalam bahasa Indonesia terdiri atas satu suku kata atau lebih. Kata dibentuk dari gabungan bermacam-macam suku kata. Suku kata dalam bahasa Indonesia terdiri atas 11 macam bentuk suku kata. Istilah kata sering kita dengar dan gunakan. Dalam tata bahasa tradisional sebagai satuan lingual yang selalu dibicarakan adalah satuan yang disebut kata . Apakah  kata itu, bagaimana kaitannya dengan morfem, bagaimana batasan, bagaimana penentuan serta klasifikasi kata tersebut. Malah barangkali kata kata ini hampir setiap hari dan setiap saat digunakan dalam segala keperluan dan kesempatan. Tetapi kalau ditanya apakah kata itu? Maka jawabnya barangkali tidak semudah menggunakannya. Para linguis yang sehari-hari yang bergelut dengan bahasa ini, hingga dewasa ini, kiranya tidak pernah mempunyai kesamaan pendapat mengenai konsep apa yang disebut kata.
2
 
Konsep kata yang sering kita jumpai dalam berbagai buku linguistik adalah bahwa kata merupakan bentuk yang ke dalam mempunyai susunan fonologi yang stabil dan tidak berubah dan keluar mempunyai mobalitas di dalam kalimat. Dal studi kelas kata . Dalam studi kelas kata, konsep kata perlu dijelaskan tanpa harus mengabaikan tentang ciri-ciri kata. Kata harus dilihat sebagai satuan sintaksis, bukan sebagai satuan leksikal atau semantis. Jadi kata berbeda leksem dan semem. Bila ada penulis yang mendefinisikan “ kata” benda sebagai kata yang menyatakan benda atau yang dibendakan manakala membuat kategorisasi semem, bukan kata sebagai satuan sintaksis, kata hanya salah satu tataran dari gramatikal.
Pembahasan tentang suatu kelas kata tidak dapat mengabaikan wujud gramatika. Gramatika, khususnya sintaksis boleh diibaratkan suatu kerangka. Kerangka ini baru berarti dalam bahasa sebagai alat komunikasi bila kerangka itu ada “ dagingnya”  dan yang berperan sebagai subtansi gramatika adalah leksem yang merupakn bagian dari leksikol. Dalam penyelidikan sintaksis terbukti bahwa satuan diatas kata yaitu frase, klausa, dan kaliamt, dapat berperilaku sama dengan kata.
Untuk dapat digunakan di dalam kalimat atau pertuturan tertentu, maka setiap bentuk dasar, terutama dalam bahasa fleksi dan aglutunasi, harus dibentuk lebih dahulu menjadi sebuah kata gramatikal, baik melalui proses afiksasi, proses reduplikasi dan proses komposisi. Umpamanya untuk kalimat Nenek… komik itu di kamar hanya bentuk kata berprefis me- yang dapat diggunakan dalam predikat kalimat itu. Sebaliknya untuk kalimat berkonstruksi komik itu… bebek di kamar hanya kata berprefik di- yang dapat digunakan. Begitu juga untuk konstruksi kalimat… itu berlangsung di gedung kesenian hanya nominal berkonfiks per- \ -an  yang dapat digunakan : sedangkan untuk konstruksi  kalimat …jembatan itu menelan biaya 100 juta rupiah, hanya nomina berkonfiks peN- \ -an yang dapat dipakai.
3
 
Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia mempunyai dua sifat yaitu pertama membentuk kata-kata bersifat inflektif. Kemudian yang kedua membentuk kata bersifat derivatif.   
1.2 Ruang Lingkup
            Dalam berbahasa kita menggunakan kata kata yang dapat menolong kita dalam berkomunikasi. Kata-kata dalam bahasa Indonesia memiliki hakikat. Yang mana hakikat kata berguna untuk mengetahui bagaimana arti sebuah kata sesungguhnya. Sehingga dalam berbicara atau pun berkomunikasi dapat memudahkan dan menggunakan kata tersebut dengan jelas, tepat dan efesien. Kata juga memiliki batasan-batasan dalam penggunaanya. Batasan-batasan  tersebut juga dapat digunakan untuk mempermudah dalam proses menulis pada sebuah karangan. Pada pembentukan kata dalam bahasa Indonesia dapat menggunakan alat-alat pembentukan kata yang sesuai dengan kata yang ingin digunakan. Dengan adanya alat-alat pembentukan kata dan tahap-tahap pembentukan kata, kata dapat juga dibentuk dengan beberapa cara pembentukan kata agar menghasilkan kata yang ingin digunakan sesuai dengan pemakaian kata tersebut. Serta dalam bahasa Indonesia kata juga terdapat klasifikasi kata yang sesuai dengan  hakikat kata, batasan katan, alat pembentukan kata, dan cara pembentukan kata sehingga kata tersebut dapat digunakan sesuai dengan pemakaiannya.
1.3 Rumusan Masalah
  1. Bagaimanakah hakikat kata dalam bahasa Indonesia ?
  2. Bagaimanakah batasan kata dalam bahasa Indonesia ?
  3. Alat dalam pembentukan kata ?
  4. Bagaimanakah cara pembentukan  kata dala bahasa Indonesia ?
  5. Bagaimana klasifikasi kata dalam bahasa Indonesia?
1.4 Tujuan Penulisan
4
 
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagi berikut :
  1. Untuk mengetahui bagaimana hakikat kata
  2. Untuk mengetahui bagaimana batasan dalam kata
  3. Untuk mengetahui alat yang digunakan dalam pembentukan kata
  4. Untuk mengetahui bagaimana cara  pembentukan kata
  5. Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi kata
1.5  Manfaat Penulisan
Secara sederhana makalah ini dapat bermanafaat bagi beberapa pihak antara lain
  1. Mahasiswa
Dengan adanya penulisan makalah ini penulis harapkan mahasiswa khususnya program studi pendidikan bahasa Indonesia dapat mengetahui bagaimana hakikat kata, bagaimana batasan dalam kata, bagaimana cara pembentukan kata, serta bagaimana klasifikasi kata.
  1. Dosen
Dengan adanya makalah ini penulis harapkan para dosen bisa mengetahui lebih jauh lagi tentang kata walaupun sebelumnya sudah mengetahui apakah kata itu ? tetapi penulis harapkan makalah ini dapat memperbanyak dan menambah ilmu pengetahuan tentang kata bagi para  dosen..
  1. Penulis
Dengan adanya makalah yang penulis tulis. Maka makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis untuk mengetahui berbagai macam persoalan tentang pembahasan kata. Dari pembahasan yang belum penulis ketahui maupun sudah diketahui. Serta makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi penulis.
5
 
1.5 Penjelasan Istilah 
  1. Inflektif  adalah erubahan bentuk kata dalam bahasa fleksi yang menunjukkan berbagai hubungan seperti deklinasi, pronomina, adjektiva dan konjugasi.
  2. Derivatif adalah pembentukan kata baru yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata dasar.
  3. Konjungasi adalah perubahan atau penesuain bentuk pada verba.
  4. Deklinasi adalah perubahan atau penyesuian pada nomina dan ajektifa.
  5. Infinitif adalah bentuk verba yang sama sekali tidak mengandung bahas fleksi.
  6. Indikatif adalah kata yang berhubungan dengan keadaan nyata.
  7. Kala (tense) adalah perbedaan bentuk verba untuk menyatakan perbedaan bentuk waktu.
  8. Nominatif adalah bentuk kata yang timbul sebagai subjek atau bagian kata benda dari suatu predikat atau sebagai keterangan sebagai  keterangan ada bagian kalimat.
  9. Genitif adalah berkenaan dengan kepemilikan dalam bahasa fleksi.
  10. Datif adalah kata yang menduduki fungsi sebagai objek tidak langsung dari kata kerja.
  11. Akusatif adalah kasus yang menunjukkan fungsi sebagai objek langsung atau objek berpreposisi di kalimat.
  12. Verba adalah kata yang menggambarkan proses, perbuatan atau keadaan.
  13. Nomina adalah kata ayang dalam bahasa Indonesia ditandai dengan tidak dapatnya bergabung dengan kata  tidak.
  14. 6
     
    Ajektifa adalah kata yang menerangkan nomina( kata benda ) dan secara umum dapat digabung dengan kata lebih atau sangat.
  15. Preposisi adalah kata yang bisa terdapat di depan nomina.
  16. Konjungsi adalah kata atau ungkapan penghubung antarkata, antarfrasa dan antarklausa.
  17. Adverbia adalah kata yang memberian keterangan pada verba, nomina prekatif atau kalimat.
  18. Pronomina adalah kata yang digunakan untuk menggantikam orang atu benda.
  19. Numerelia adalah kata yang menyatakan bilangan, jumlah, nomor, urutan, dan himpunan.
  20. Artikulis adalah kata-kata yang berfungsi sebagai penentu atau pendenifkan.
  21. Interjeksi adalah kata-kata pengungkapan batin.
  22. Partikel adalah kata yang biasanya tidak dapat diderivasikan atau infleksikan, mengandung makna gramatikal dan tidak mengandung makna leksikal.
  23. Maskulin adalah bersifat laki-laki.
  24. Feminim adalah bersifat permpuan.
  25. Neutrum adalah anak-anak




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Kata
      Istilah kata sering kita dengar dan digunakan. Malah barangkali kata kata ini hampir setiap hari dan setiap saat digunakan dalam segala keperluan dan kesempatan. Tetapi kalau ditanya apakah kata itu ? Maka jawabnya barangkali tidak semudah menggunakannya. Para linguis yang sehari-hari yang bergelut dengan bahasa ini, hingga dewasa ini, kiranya tidak pernah mempunyai kesamaan pendapat mengenai konsep apa yang disebut kata. Menurut KBBI (2008 : 633) “kata merupakan morfem atau kombinasi morfem yang oleh bangsawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan dalam bentuk bebas atau satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri yang terjadi dari morfem tunggal atau gabungan morfem”. Kata kata dari bahasa Melayu dan Indonesia diambil dari bahasa Sanskerta katha. Dalam bahasa Sansekerta, katha bermakna “konversasi”,”bahasa”,”cerita”atau “dogeng”.
Dalam buku Linguistik Umum menurut Chaer ( 2007 : 166) Para tata bahasawan tradisional biasanya memberi pengertian terhadap kata berdasarkan arti dan ortografi. Kata adalah satuan bahasan yang memiliki satu pengertian atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua spasi, dan mempunyai satu arti.
Dalam buku Linguistik Umum menurut Chaer ( 2007 : 167)  Para tata bahasawan struktural terutama penganut Bloomfield memberi pengertian tentang kata berdasarkan batasan kata yang dibuat mereka . Kata merupakan satuan bebas terkecil ( a minimal free from ) tidak pernah diulas atau dikomentari, seolah-olah batasan itu bersifat final.
Selanjutnya menurut Chaer ( 2008 : 63)  kata merupakan bentuk yang  ke dalam mempunyai susunan fonologi yang stabil dan tidak berubah dan keluar mempunyai mobilitas dalam kalimat.
Hal senada juga dinyatakan dalam buku Ramlan  (2009 : 33) kata merupakan satuan bebas yang palin terkecil.


7
 
 
8
 
Merujuk dari pendapat di atas dapat penulis simpulkan  bahwa kata pada hakikatnya merupakan satuan gramatika terkecil yang merupakan gabungan dari beberapa suku kata sehingga membentuk kata dan memiliki satu arti ataupun pengertian.
2.2 Batasan Kata
            Menurut buku linguistik Eropa dalam pembentukan kata terdapat beberapa macam batasan kata yang digunakan adalah sebagai berikut :
  1. Setiap kata mempunyai susunan fonem yang urutannya tetap dan tidak berubah serta tidak dapat diselipi atau diselang oleh fonem lain. Misalnya kata sikat , urutan fonemnya /s/,/i/,/k/,/a/,dan /t/. Urutan itu tidak dapat diubah misalnya menjadi /s/,/k/,/a/,/i/,dan /t/ atau diselipi fonem lain.
  2. Setiap kata mempunyai kebebasan berpindah tempat di dalam kalimat, atau tempatnya dapat diisi atau digantikan oleh kata lain atau juga dapat dipisahkan dari kata lainnya. Misalnya kaliamat nenek membaca komik itu kemarin. Kalimat itu terdiri dari lima kata yaitu nenek, membaca, komik, itu, dan kemarin. Posisi kata kemarin dapat dipindahkan, umpamanya menjadi kemarin nenek membaca komik itu.
2.3 Alat Pembentukan Kata
            Menurut Abdul Chaer (2007 : 27) ada beberapa alat yang digunakan dalam proses pembentukan kata sebagai berikut :
1.      Dalam proses afiksasi sebuah afiks diimbuhankan pada bentuk dasar sehingga hasilnya menjadi sebuah kata. Umpamanya pada dasar baca diimbuhankan afiks me- sehingga menghasilkan kata membaca yaitu sebuah verba transitif aktif; pada dasar juang diimbuhkan afiks ber-  sehingga menghasilkan verba intransif berjuang.
2.      Penggulangan bentuk dasar yang digunakan dalam proses reduplikasi. Hasil dari reduplikasiini lazimnya disebut dengan istilah kata ulang. Secara umum adanya tiga macam pengulangan, yaitu pengulangan secara utuh, pengulangan dengan engubahan bunyi vocal maupun konsonandan pengulangan sebagian
3.     
9
 
Penggabungan pada sebuah bentuk dasar yang ada dalam proses komposisi. Penggabungan ini merupakan alat yang banyak digunakan dalam pembentukan kata karena banyaknya konsep yang belum ada wadahnya dan benttk sebuah kata. Misalnya bahasa Indonesia hanya punya sebuah kata untuk berbagai macam warna merah. Oleh karena itulah dibentuk gabungan kata seperti merah jambu, merah darah dan merah bata.
4.      Abserviasi khusus yang digunakan dalam proses akronimasi. Disebut abreviasi khusus karena semua abreviasi menghasilkan akronim. Abrevasi bentuk Sekolah Menengah Atas menjadi SMA adalah bukan akronim; tetapi hasil abservasi dari Jakarta Bogor Ciawi menjadi jagorawi adalah akronim.
5.      Pengubahan satus dalam proses yang disebut konversi. Misalnya, bentuk gunting yang berstatus nomina dalam kalimat “ gunting ini terbuat dari baja”, yang dapat diubah statusnya menjadi bentuk gunting yang berstatus verba, seperti dalam kalimat “ gunting dulu baik-baik, nanti baru dilem”.

2.4  Penentuan atau Pembentukan Kata
Dalam buku Linguistik Umum menurut Chaer (2007 : 170) dalam pembentukan kata mempunyai dua sifat yaitu sebagai berikut :
  1. Inflektif
Inflektif merupakan perubahan bentuk kata dalam bahasa fleksi yang menunjukkan berbagai hubungan gramatiakal seperti deklinasi, nomina, pronomina, adjektiva dan konjungasi. Kata-kata dalam bahasa-bahasa berflektif, seperti bahasa Arab, bahasa Latin, dan bahasa Sanskerta, untuk dapat digunakan di dalam kalimat harus disesuaikan dulu bentuknya dengan katagori-katagori gramatika yang berlaku dalam bahasa itu. Alat yang digunakan untuk penyesuaian bentuk itu biasanya berupa afiks, yang mungkin berupa prefiks, infiks, dan sufiks atau juga berupa modifikasi internal,yakni perubahan yang terjadi di dalam bentuk dasar itu.
10
 
            Perubahan atau penyesuaian bentuk pada verba disebut konjugasi, dan perubahan atau penyesuaian pada nomina dan ajektifa disebut deklinasi. konjugasi pada verba biasanya berkenaan dengan kala (tense), aspek, modus, diatesis, pesona, jumlah, dan jenis sedangkan deklinasi biasanya berkenaan dengan jumlah, jenis, dan kasus. Dalam buku-buku tata bahasa bahasa berfleksi, pembahasan biasanya hanya berkisar pada konjugasi dan deklinasi ini saja. Disini akan diberikan sekedar contoh konjugasi dan deklinasi itu.
            Verba bentuk infinitif bahasa Latin amare  ‘mencintai’ untuk pesona pertama tunggal,modus indikatif aktif ,bentuknya untuk kala (tense) yang berbeda adalah sebagai berikut:
Kata                Bentuk                        Arti
Presen              amo                 aku mencintai
Futura              amabo              aku akan mencintai
Perfekta           amavi               aku (telah) mencintai
            Bentuk-bentuk kata yang berbeda itu seperti amo, amamus, amas, dan amavi sesungguhnya memilliki identitas leksikal yang sama. Jadi, berarti adalah sebuah kata yang sama hanya bentuknya saja yang berbeda.
            Contoh deklinasi aktifa dalam bahasa Jerman. Ajektifa dalm bahasa Jerman mempunyai tiga macam konstruksi, yaitu:
            Pertama, konstruksi aktifa+nomina tanpa kata sandang atau pronomina apa-apa di depannya (yaitu “deklinasi kuat dari ajektifa) perhatikan bentuk tunggal dan bentuk jamaknya!
Tunggal            Maskulin                   Feminin          Neutrum
                        ‘laki-laki baik’             ‘wanita baik’   ‘anak baik’
Nominatif      :guter Mann                  gute Frau         gutes Kind
Genitif          :  guten Mannes              guter Frau        guten Kindes
Datif             :  guten Manne               guter Frau        guten Kind (e)
Jamak             Semua Jenis
Nominatif     :  gute Manner/Frauen/Kinder
Genitif          :  guter Manner/Frauen/Kinder
11
 
Datif            :   guten Manner/Faruen/Kindem
            Dari contoh di atasa dapat dilihat bahwa kata yang digunakan dalam inflektif bahasa jerman digunakan sesuai pemakaiannya.
            Kedua, berkonstruksi kata sandang definit + ajektifa + nomina (yaitu “ deklinasi lemah” dari ajektifa).
Tungal                        maskulin                     feminin                       neutrum
Nominatif    :   der gute Mann             die gute Frau   das gute  Kind
Genitif        :    des guten Manner       der guten Frau das guten Kindes
Datif           :    des guten Mann (e)     der guten Frau des guten  Kind(e)
Jamak                         Semua Jenis
Nominatif   :    die guten Manner/Frauen/Kinder
Genitif      :      der guten Manner/Frauen/Kinder
Datif         :      den guten Manner/Frauen/Kindem
            Dari contoh di atasa dapat dilihat bahwa kata yang digunakan dalam inflektif bahasa jerman digunakan sesuai pemakaiannya.
            Ketiga, berkonstruksi kata sandang indekfinit + ajektifa + nomina (yaknu deklinasi campuran kuat dan lemah).
Tunggal          Maskulin                     Feminin                      Neutrum
Nominatif    :   ein guter Mann            eine gute Frau             ein gutes Kind
Genitif        :    einer guten Manner     einer guten Fru            eines guten Kindes
Datif           :    einen guten Manne      einer guten Frau          eines guten Kind(s)
Dari contoh di atasa dapat dilihat bahwa kata yang digunakan dalam inflektif bahasa jerman digunakan sesuai pemakaiannya.
            Bahasa Indonesia bukanlah bahasa berfleksi. Jadi, tidak ada masalah bagi konyugasi dan deklinasi dalam bahasa Indonesia. Namun, banyak penulis Barat termasuk Verhaar (1978) menyatakan bentuk-bentuk seperti membaca, dibaca, terbaca, kaubaca dan bacalah adalah paradigma infleksional. Dengan kata lain, bentuk-bentuk tersebut merupakan kata yang sama, yang berarti juga mempunyai identitas leksikal yang sama. Perbedaan bentuknya adalah berkenaan dengan modus kalimatnya. Dengan demikian, me-,di-,ter-,ku- dan kau- adalah infleksional.
  1. 12
     
    Derivatif        
Pembentukan secara derevatif atau derivisional merupakan pembentukan kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya. Contohnya dalam bahasa Indonesia dapat diberikan, misalnya dari kata air yang berkelas nomina dibentuk menjadi mengairi yang berkelas verba. Kemudian dari kata makan yang berkelas verba dibentuk kata makanan yang berkelaas nomina.perbedaan identitas leksikal terutama berkenaan dengan makna, sebab meskipun kelasnya sama seperti kata makanan dan pemakan, yang sama-sama berkelas nomina, tetapi maknanya tidak sama.
Dalam pembentukan kata dapat terjadi dalam beberapa kata sehingga dapat membentuk suatu kata contohnya sebagai berikut :


 


               ber    atur       an  
            dari bagan pembentukan diatas dapat dilihat bahwa kata dalam bahasa Indonesia beraturan terjadi dalm dua tahap yaitu mula-mula pada dasar atur  diimbuhkan sufiks –an menjadi aturan . setelah iru dasar  aturan itu diimbuhkan pula denga prefiks ber- sehingga terbentuklah kata , yang memiliki arti   “mempunyai aturan”.
Dalam buku Morfologi menurut Chaer (2008 : 31 ) dalam pembentukan kata mempiliki beberapa tahap  sebagai berikut :
1.      Pembentukan setahap terjadi kalau bentuk dasarnya berupa akar atau morfem dasar . misalnya, pengimbuhan prefiks me- pada dasar beli menjadi kata membeli.

13
 
me- + beli                  membeli
pembentukan setahap dalam proses reduplikasi, misalnya dasar rumah + penggulangan (p) menjadi rumah-rumah
  rumah +  P                  rumah-rumah
pembentukan setahap dalam proses komposisi, misalnya dasar sate + dasar ayam menjadi sate ayam
                        sate + ayam                  sate ayam
2.      Pembentukan bertahap terjadi kalau bentuk dasar yang mengalami proses morfologi itu berupa bentuk polimorfemis yang sudah menjadi kata. Misalnya kata berpakaian dibentuk dengan mengimbuhkan prefiks ber- pada dasar pakian ( yang terlebih dahulu terbentuk dari proses pengimbuhan sufiks –an pada dasar pakai )

ber- + (pakai + an)                    berpakaian

3.      Pembentukan kata yang prosesnya melalui bentuk perantara. Seperti misalnya dalam proses pembentukan kata pengajar. Secara kasat kasat mata bentuk pengajar tampaknya dibentuk dari dasar yang berupa akar ajar yang diberi prefiks pe-, namun sebenarnya prose situ terjadi melalui bentuk kata mengajar  sebab makna gramatikal pengajar ‘ yang mengajar’.






Pengajar,pengajaran
 

 


Pelajar, pelajaran
 
belajar
 
ajar


 



2.5 
14
 
Klasifikasi Kata
Istilah lain yang biasa dipakai untuk klasifikasi kata adalah penggolongan kata, atau penjenisan kata. Dalam  peristilahan bahasa Inggris disebut part of spech.  Klasifikasi kata dpat dibagi berdasarkan :
1.      Kriteria makna atau semantik
Kriteria makna atau semantik dapat digunakan untuk mengidentifikasi kelas kata sebagai berikut :
a.       Kelas verba
Kelas verba merupakan kelas kata yang menggambarkan proses, perbuatan, atau keadan. Juga sering disebut dengan kata kerja.contohnya belajar, meledak dan sebagainya.
b.      Kelas nomina
Kelas nomina merupakan kelas kata dalam bahasa Indonesia ditandai oleh tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak. Juga sering berfungsi sebagai subjek atau objek dari klausa. Comtohnya rumah, kucing, meja dan sebagainya.
c.       Kelas ajektifa
Kelas ajektifa merupakan kata yang menerangkan nomina(kata benda) dan secara umum dapat digabung dengan kata lebih dan sangat. Contohnya beret, pendek, panjang dan sebagainya.
2.      Kriteria fungsi
Kriteria fungsi dapat digunakan untuk mengidentifikasi kelas kata sebagai berikut :
a.       Kelas preposisi
Kelas preposisi merupakan kata yang bisa terdapat di depan nomina. Contohnya dari, dengan,di dan ke.
b.     
15
 
Kelas konjugsi
c.       Kelas konjungsi merupakan kata atau ungkapan penghubung  antarkata,antarfrasa,anatarklausa,dan anatarkalimat. Contohnya dan, sebaliknya dan karena.
d.      Kelas adverbia
Kelas adverbia merupakan kata yang memberikan keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif atau kalimat. Contohnya sangat, lebih, dan tidak.
e.       Kelas pronomina
Kelas pronomina merupakan kata yang digunakan untuk menggantikan orang atau benda. Contohnya aku, engkau, dan dia.
f.       Kelas numeralia
Kelas numeralia merupakan kata yang menyatakan bilangan, jumlah, nomor, urutan, dan himpunan. Contohnya satu, dua, tiga dan sebagainya.
g.      Kelas artikulis
Kelas artikulis atau kata sandang merupakan kata-kata yang berfungsi sebagai penentu atau pendefinitifkan sesuatu nomina,adjektifa, atau kelas lain. Contohnya si manis.
h.      Kelas interjeksi
16
 
Kelas interjeksi merupakan kata-kata mengungkapanperasan batin. Contohnya kata-kata singkat seperti wah,cih, dan sebagainya. Kemudian kata-kata biasa seperti alhamdulillah.
h.      Kelas partikel
Kelas partikel merupakan kata yang biasanya tidak dapat diderivasikan atau diinfleksikan, mengandung makna gramatikal dan tidak mengandung makna leksikal, termasuk didalamnya artikel, konjungsi, preposisi,dan interjeksi.
2.6 Hasil
Dalam buku Linguistik Umum menurut Chaer ( 2007 : 166) Para tata bahasawan tradisional biasanya memberi pengertian terhadap kata berdasarkan arti dan ortografi. Kata adalah satuan bahasan yang memiliki satu pengertian atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua spasi, dan mempunyai satu arti.
Dalam buku Linguistik Umum menurut Chaer ( 2007 : 167)  Para tata bahasawan struktural terutama penganut Bloomfield memberi pengertian tentang kata berdasarkan batasan kata yang dibuat mereka . Kata merupakan satuan bebas terkecil ( a minimal free from ) tidak pernah diulas atau dikomentari, seolah-olah batasan itu bersifat final.
Selanjutnya menurut Chaer ( 2008 : 63)  kata merupakan bentuk yang  ke dalam mempunyai susunan fonologi yang stabil dan tidak berubah dan keluar mempunyai mobilitas dalam kalimat.
Hal senada juga dinyatakan dalam buku Ramlan  (2009 : 33) kata merupakan satuan bebas yang palin terkecil.
Merujuk dari pendapat di atas dapat penulis simpulkan  bahwa kata pada hakikatnya merupakan satuan gramatika terkecil yang merupakan gabungan dari beberapa suku kata sehingga membentuk kata dan memiliki satu arti ataupun pengertian.
17
 
Menurut buku linguistik Eropa dalam pembentukan kata terdapat beberapa macam batasan kata yang digunakan adalah sebagai berikut :
  1. Setiap kata mempunyai susunan fonem yang urutannya tetap dan tidak berubah serta tidak dapat diselipi atau diselang oleh fonem lain. Misalnya kata sikat , urutan fonemnya /s/,/i/,/k/,/a/,dan /t/. Urutan itu tidak dapat diubah misalnya menjadi /s/,/k/,/a/,/i/,dan /t/ atau diselipi fonem lain.
  2. Setiap kata mempunyai kebebasan berpindah tempat di dalam kalimat, atau tempatnya dapat diisi atau digantikan oleh kata lain atau juga dapat dipisahkan dari kata lainnya. Misalnya kaliamat nenek membaca komik itu kemarin. Kalimat itu terdiri dari lima kata yaitu nenek, membaca, komik, itu, dan kemarin. Posisi kata kemarin dapat dipindahkan, umpamanya menjadi kemarin nenek membaca komik itu.
Alat-alat yang digunakan dalam pembentukan kata sebagai berikut :
1.      Proses afiksasi;
2.      Proses reduplikasi;
3.      Proses komposisi;
4.      Proses akronimisasi dan
5.      Proses konversi
Sifat pembentukan atau penentuan kata sebagai berikut :
1.      Inflektif merupakan perubahan bentuk kata dalam bahasa fleksi yang menunjukkan berbagai hubungan gramatiakal seperti deklinasi, nomina, pronomina, adjektiva dan konjungasi.
2.      Derivatif merupakan sifat dalam membentuk kata baru , kata yang leksikalnya tidak sama dengan kata dasar.
Tahap-tahap dalam pembentukan kata sebagai berikutb :
1.      Pembentukan setahap;
2.      Pembentukan bertahap dan
3.     
18
 
Pembentukan melalui bentuk perantara.
Klasifikasi kelas kata sebagai berikut :
1.      Kriteria makna atau semantik yang digunakan untuk megidentifiksi kelas verba, nomina, dan ajektifa.
2.      Kriteria fungsi  yang digunakan untuk megidentifikasi kelas preposisi, konjungsi, adverbia, pronomina, numerelia, artikulis, interjeksi dan artikel.
Dengan selesainya pembahasan yang ada di makalah ini, maka kita semua dapat mengambil hikmah dan pelajaran yang sangat berharga dari bermacam-macam komponen yang diperlukan dalam kegiatan mengarang ataupun tulis menulis. Adapun penulis ini sebagai manusia biasa yang pastinya tidak terlepas dari segala kelemahan, keterbatasan, kekhilafan, dan kesalahan karena tentunya kita semua menyadari bahwa kesempurnaan itu hanya milik Allah Azza Wajalla semata. Untuk itu kami mohon ma’af apabila terdapat kekurangan-kekurangan dari makalah ini.














BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Merujuk dari pendapat yang dikemukakan oleh beberapa pendapat dapat penulis simpulkan  bahwa kata pada hakikatnya merupakan satuan gramatika terkecil yang  merupakan gabungan dari beberapa suku kata sehingga memiliki satu arti ataupun pengertian.
Batasan-batasan yang digunakan dalam pembentukan kata Setiap kata mempunyai susunan fonem yang urutannya tetap dan tidak berubah serta tidak dapat diselipi atau diselang oleh fonem lain. Serta setiap kata mempunyai kebebasan berpindah tempat di dalam kalimat, atau tempatnya dapat diisi atau digantikan oleh kata lain atau  juga dapat dipisahkan dari kata lainnya. Alat yang digunakan dalam pembentukan kata adalah proses afiksasi, proses reduplikasi, proses komposisi, abrevasi, dan konversi. Selain itu Ada dua sifat yang digunakan untuk pembenmtukan kata yaitu Inflektif merupakan perubahan bentuk kata dalam bahasa fleksi yang menunjukkan berbagai hubungan gramatiakal seperti deklinasi, nomina, pronomina, adjektiva dan konjungasi. Sedangakan derivatif merupakan sifat dalam membentuk kata baru , kata yang leksikalnya tidak sama dengan kata dasar. Tahap-tahap pembentukan  kata terbagi atas pembentukan kata setahap, pembentukan bertahap, dan pembentukan kata melalui bentuk perantara.
Dalam klasifikasi kata terbagi atas beberapa kelas kata berdasarkan kriteria yang digunakan. Kriteria makna atau semantik yang digunakan untuk megidentifiksi kelas verba, nomina, dan ajektifa. Sedangkan kriteria fungsi  yang digunakan untuk megidentifikasi kelas preposisi, konjungsi, adverbia, pronomina, numerelia, artikulis, interjeksi dan artikel.


19
 
 


20
 
3.2 Saran
            Adapun saran yang diberikan pada akhir makalah ini adalah sebagai berikut :
  1. Mahasiswa
Dengan mengetahui beberbagai macam persoalan tentang kata mulai dari hakikat kata, batasan kata, pembentukan kata, serta klasifikasi kata. penulis harapkan kepada mahasiswa hendaknya agar dapat menggunakan ilmu yang di dapat dari makalah ini dengan sebaik-baiknya terutama dalam mengajarkan  serta mengaplikasikan pada siswa-siswinya nanti pada saat menjadi seorang guru.
  1. Dosen
Dengan tambahan ilmu atau pun pembahasan yang dibuat penulis ini. Hendaknya Bapak Ibu dosen lebih memberikan ilmu-ilmu atau masukan dalam makalah ini tentang pembahasan yang dibuat oleh penulis agar lebih sempurna lagi.
  1. Penulis
Dengan makalah yang ini penulis hendaknya dapat mengaplikasikan pembahasan makalah ini dengan sebaik-bainya agar ilmu-ilmu yang didapat dalam penulisan ini dapat bermanfaat dan berguna bagi dirinya maupun orang lain.





DAFTAR PUSTAKA

Nasional, Departemen Pendidikan. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Edisi ke IV. Jakarta :  PT Gramedia Pustaka Utama.
Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi ke III. Jakarta :
             Balai Pustaka.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Edisi ke III. Jakarta : Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
Ramlan, M. 2009. Morfologi. Yogyakarta : CV Karyono

















21
 
 



                                                                                                                                               


                                                                             

1 comment:

  1. KISAH CERITA SUKSES DARI SAYA, AWAL JADI HONORER SEKARANG SAYA SUDAH JADI PNS GURU DI JAWA TIMUR

    YANG HANYA BISA DI PERCAYA
    BPK DR HERMAN M. SI NO HP BELIAU 0853-2174-0123

    Sumpah demi allah ini kisah cerita nyata saya jadi PEGAWAI NEGERI SIPIL

    Alhamdulillah berkat bantuan BPK DR HERMAN M. SI beliau selaku DIREKTUR APARATUR SIPIL NEGARA di BKN pusat yang telah membantu saya jadi PNS, Nomor hp bpk DR HERMAN M. SI hp: 0853-2174-0123

    KISAH CERITA SAYA JADI PNS Assalamu Alaikum wr-wb,Mohon maaf mengganggu waktu dan aktifitas ibu/bapak,saya cuma bisa menyampaikan melalui pesan singkat dan semoga bermanfaat, saya seorang honorer baru saja lulus jadi PNS k2 tahun 2014, dan Saya ingin berbagi cerita kepada anda, Bahwa dulunya saya ini cuma seorang Honorer di sekolah dasar, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 5 kali mengikuti ujian, tidak pernah lolos bahkan saya sempat putus asah, namun teman saya memberikan no telf Bpk DR HERMAN M. SI yang bekerja di BKN pusat Jl. Letjen Sutoyo No. 12 Jakarta Timur 13640 sebagai DIREKTUR APARATUR SIPIL NEGARA yang di kenalnya di bkn jakarta dan saya pun coba menghubungi beliau dan beliau menyuruh saya mengirim berkas saya melalui alamat kantor beliau, Satu minggu kemudian saya sudah ada panggilan ke jakarta untuk ujian, alhamdulillah berkat bantuan beliau saya pun bisa lulus dan SK saya akhirnya bisa keluar,dan saya sangat berterimah kasih ke pada beliau dan sudah mau membantu saya, itu adalah kisa nyata dari saya, jika anda ingin seperti saya anda bisa, Hubungi Bpk dr herman m. Si , siapa tau beliau bisa bantu. Wass...

    ReplyDelete