Sinopsis Novel
Bulang Cahaya
Tentang racikan bumbu
percintaan yang kandas antara dua tokoh (Raja Jaafar yang memiliki garis
keturunan Bugis-Melayu, dan Tengku Buntat yang memiliki garis murni Melayu),
memang merupakan benang merah cukup penting dalam merakit novel ini menjadi
sebuah novel yang indah.Meskipun pada beberapa bagian saya anggap kurang
optimal, tapi penggarapan kisah cinta yang mewarnai sebuah pergolakan besar,
adalah sebuah mata air bagi daya tarik pembaca untuk melayarkan imajinasinya
menuju pada muara besar persoalan sesungguhnya.Dari dua tokoh sentral inilah,
Rida memulai penjabaran pancakaki (jalinan sejarah kekerabatan) yang
melatarbelakangi terbentuknya sebuah imperium kekuasaan Bugis-Melayu di tanah
Riau.
Dijabarkan lewat pancakaki
yang menghubungkan Raja Jaafar dan Tengku Buntal, bahwa Raja Jaafar adalah cucu
dari Daeng Celak (putra dari bangsawan Kerajaan Luwu, Bugis, yang kemudian
menikah dengan Tengku Mandak yang berdarah Melayu, dan menjadi Yang Dipertuan
Muda II), yakni anak dari Raja Haji (yang kemudian menjabat sebagai Yang
Dipertuan Muda IV). Siapakah Daeng Celak? Daeng Celak adalah salah satu dari
lima bersaudara (yakni Daeng Marewa, Daeng Celak, Daeng Perani, Daeng Manambun
dan Daeng Kumasi, yang kesemuanya adalah bangsawan Bugis) yang berjasa membantu
Tengku Sulaiman saat berperang untuk menyingkirkan Raja Kecik dari tahta
Kerajaan Johor. Atas balas jasa Tengku Sulaiman, yang kemudian naik tahta
menjadi Sultan, dibuatlah sebuah perjanjian antara Bugis-Melayu yakni Ikrar
Sumpah Setia Melayu Bugis yang berisi kesepakatan untuk membangun negara secara
bersama-sama, dengan pembagian wewenang dari pihak Bugis untuk secara mutlak
mengepalai keamanan dan ekonomi (dengan gelar Yang Dipertuan Muda), sedangkan
dari pihak Melayu memiliki wewenang sebagai kepela pemerintahan (yang mengurusi
urusan dalam negeri, agama, dan adat istiadat). Dari garis keturunan tersebut,
maka Raja Jaafar kelak adalah pewaris tahta yang sah untuk jabatan Yang
Dipertuan Muda.Sedangkan Tengku Buntal adalah putri berdarah Melayu anak dari
Tengku Muda Muhammad (yang kelak dinobatkan secara tidak fair menjadi Yang
Dipertuan Muda V, sebuah keputusan yang dianggap menciderai Ikrar Ikrar Sumpah
Setia Melayu Bugis).
Ikatan darah dari hasil
perkawinan Melayu-Bugis, yang berkembang kemudian menjadi strategi politik
untuk saling menguasai inilah yang pada akhirnya menjadi cikal bakal kerumitan
yang berujung pada ketegangan hingga pertumpahan darah.Nafsu saling menguasai,
saling mempengaruhi, fitnah dan ancaman, ditambah keruwetan campur tangan luar
(yakni pihak Inggris dan Belanda), menjadikan Riau selalu terancam perpecahan.
*selesai*
Cinta Pertama
Cinta pertama itu
abadi, walau tak selalu berlanjut ke jenjang pernikahan namun kenangannya tak pernah
terhapus dalam ingatan kita yang pendek ini. Umumnya tiap orang selalu
mengenang bagaimana pertama kali ia jatuh cinta, dari mulai cinta pertama yang
konyol, yang mengharu biru, hingga cinta pertama yang abadi. Apapun dan
bagaimanapun akhir dari kisah cinta pertama biasanya selalu menarik untuk
dikenang baik sekedar untuk disimpan dalam hati, dicurhatkan kepada teman,
ditulis di blog-blog pribadi, atau tak jarang menjadi sumber inspirasi para
penulis-penulis novel roman. Ivan Tugenev (1818-1883), salah satu penulis besar dalam sejarah kesusasteraan
Rusia tak mau ketinggalan untuk menuliskan roman tentang kisah cinta pertama.
Namun ini bukan kisah cinta pertamanya, melainkan cinta pertama tokoh
khayalannya, Vladimir Petrovitsy.Novel ini atau lebih tepatnya disebut
novelette ini diawali dengan adegan dalam sebuah pesta dimana Vladimir berserta
kawan-kawannya duduk bersama untuk saling menceritakan kisah cinta pertama
mereka.
Dari
narasi Vladimir Pertovitsy inilah mengalir bagaimana dirinya mengalami cinta
pertamanya disaat usianya baru 16 tahun.Dikisahkan Vladimir jatuh cinta pada
tetangganya, Zinaida Zasyekina yang telah berusia 21 tahun. Zinaida ini tinggal
bersama ibunya yang sudah tua, puteri Zaskeyina .Meskipun memiliki garis
keturunan bangsawan, puteri Zasyekina dan anak gadisnya itu hidup dalam
kemiskinan dan tinggal si sebelah rumah Valdimir, karena kecantikannya, hampir
setiap hari Zinaida dikelilingi oleh para pria-pria yang berkumpul di rumahnya,
mereka terdiri berbagai profesi, ada dokter, tentara, penyair, dll.Vladimir
yang saat itu merupakan pria termuda juga tak ketinggalan untuk ikut ambil
bagian dalam setiap pertemuan itu.Zinaida menggunakan kesempatan itu untuk
bermain dan berolok-olok bersama para pria yang memujanya. Walaupun kadang
permainan yang digagas oleh Zianida itu melecehkan mereka, para pria itu tetap
setia mengikutinya sambil berharap mendapat cinta dari sang puteri. Seperti
halnya para pria itu Vladimirpun memuja dan mencintai Zinaida.Lambat laun
Zianida mengetahui gelagat Vladimir yang diam-diam mencintainya. Walau Zianida
sadar bahwa dirinya lebih tua dari Vladimir namun Zianida mennyambut cinta
Vladimir dengan memberi peluang-peluang pada Vladimir untuk berada di dekatnya
hingga akhirnya ia mengangkat Vladimir sebagai pengawal pribadinya. Namun cinta
Vladimir tak semulus harapannya, kedekatannya dengan pujaan hatinya selaku
pengawal pribadinya malah membawanya pada kenyataan bahwa cinta pertamanya itu
harus berujung pada kenyataan pahit yang membuat dirinya serasa tersambar petir
di siang bolong!,
*Selesai*
Kisah terjadi apabila Wardah terpaksa
menggantikan novel Laily (adik dia) yang telah dia rosakkan dulu. Novel apa? Of
course novel sedih karya Noor Suraya; Nyanyian Tanjung Sepi itu.Dahlah
novel tu dah tidak diulang cetak. Maka menggagaulah Wardah ke hulu ke hilir
mencari novel tu.Akhirnya dia jumpa, tapi sayangnya novel tu dah dibeli oleh
lelaki yang memakai baju melayu hijau serindit (hijau striking). Dahlah
beli sekali dua! Bengang gila dia masa tu. Terus dia gelar mamat tu dengan nama
Shrek. Part ni memang kelakar ok! Kelakar dan kesian sikit.. Hehe...Si mamat tu
pulak gelar dia Dorothy pasal dia pakai kasut merah. Memang sweet kan?
Jadi kerana cerita Syud semua ber-motif-kan
"kalau dah jodoh tak ke mana" makanya cerita ini pun harus begitu.
Asyik terserempak aje Wardah dan Firas Adam @
Pacai ni.
Adalah adegan-adegan kelakar dalam ni yang
buatkan aku gelak je manjang. Dah macam orang gila pun ada jugak... Ekeke.. Dulu Wardah
pernah sukakan Ilham tapi Ilham tu not available dah, jadi dia terpaksa
serapkan dalam hati yang Ilham tu harus dilayan sebagai abang sahaja, tak lebih
daripada tu...
Ok, part ni aku dah paham perasaan Wardah yang
mana bila kita suka seseorang tu tapi kita tahu juga yang dia sememangnya bukan
untuk kita jadi kita harus anggap dia seperti admire di zaman sekolah
yang memberi kita dorongan untuk terus ke sekolah walaupun ada matapelajaran
yang cikgunya kita memang tak suka, tapi semuanya harus diabaikan sebab ada
dorongan kan.. *wink!* (merepek!!)
Tiba-tiba bila si ibu mula masuk campur soal
jodoh, dia terus menggelabah. Harus mencari
seseorang yang dapat dijadikan pretend-boyfriend.Sayangnya dia tak ramai
kawan lelaki dan dia harus cari lelaki yang tidak dikenali.
Dan dipilih juga Firas."Tengok muka pun
tahu yang lelaki tu tak berapa budiman" Hahah..serius ayat ni lawak.
Boleh eh tengok muka pun dah tahu orang tu budiman ke tak? Ekekeke...Tapi tak
budiman-tak budiman pun, lelaki itu juga yang sanggup nak jadi pretend-boyfriend
dia.
Wardah: "I didn't like you. You
know"
Firas: "Heh"
Wardah: "Jangan buat gaya angkuh you tu,
Firas"
Firas: "Hahahahaha comelnya angkuh... dah
lama I tak dengar orang
sebut perkataan tu. Seriously, pemilihan
perkataan you ni comel la"
Kasih Ibu
Dari kota Temohon
ada seorang janda yang mempunyai tiga orang anak yang sulung dan yang tengah
perempuan, masing-masing bernama Corrie dan Emma, sedangkan yang bungsu
laki-laki bernama Rudolf. Berkat asuhan ibu yang pengasih dan penyayang, dapatlah ketiga anak
tersebut mengecap pelajaran di sekolah. Setelah Corrie tamat SD, ia melanjutkan
sekolahnya di SGB Ambon. Pada waktu Corrie masuk SGB tersebut, Emma dan Rudolf
masuk SD, sama-sama duduk di kelas satu, setelah tamat SD, Emma tinggal di
rumah saja. Ia tidak diterima melanjutkan sekolahnya, karena tidak dapat
memenuhi syarat-syarat yang diharuskan.
Tentang Rudolf, Karen aumurnya kurang
setelah tamat SD, maka dia tidak diterima mengikuti ujian masuk SGB. Karena itu
terpaksalah ia menunggu setahun lagi. Tetapi karena penyakit yang dideritanya,
terpaksalah Rudolf tidak dapat mengikuti pelajaran di sekolah. Menjelang akan
diadakan ujian, Rudolf mendaftarkan namanya kepada kepala sekolahnya dahulu,
untuk diperkenankan mengikuti ujian masuk SGB. Permintaanya itu dikabulkan.
Rudolf bersama-sama delapan orang temannya akan ikut mengikuti ujian tersebut.
Karena ujian masuk itu diadakan di manado, maka sehari sebelum ujian diadakan,
Rudolf diantarkan oleh Ibunya di Manado, tinggal di rumah paman Rudolf.
Badan Rudofl pada saat mengikuti ujian
tersebut masuh kurus dan lemah, karena penyakit yang telah lama dideritanya.
Setelah selesai mengikuti ujian masuk tersebut, Rudofl berserta Ibunya kembali
ke Tomohon. Beberapa hari setelah ujian tersebut, Rudolf jatuh sakit lagi.
Untunglah pada suatu saat Corrie dating sete;ah ia lulus dalam ujian
penghabisannya. Berkat pemerilaraan Corrie terhadap adinya itu, demikian
perawatan dari Emma dan Ibunya, maka sembuhlah Rudolf dari penyakitnya.
Pada beberapa bulan kemudian Rudolf mendapat kabar dari
kepala SGB Makassar(Sekarang : Ujung Pandang) bahwa dia lulus dalam ujiannya
yang lalu. Pemeriksaan dokter atas kesehatan badannya dilakukan di Makassar.
Pada hari yang ditentukan, dengan diantarkan oleh Ibunya, berangkatlah Rudolf
ke Manado. Dari Manado Rudolf dilpeas olaeh Ibu dan pamannya pergi naik kapal
ke Makassar. Setelah mendap perawatan seminggu di Makassar dan kesahatannya
mnegizinkan setelah pemeriksaan dokter, maka Rudolf pun menjadi murid SGB di Makassar. Dalam suratnya yang pertama
kepada Ibunya, Rudolf menyatakan kegembiraannya atas diterimanya masuk di SGB
tersebut. Dalam surat balas ibunya kepada Rudolf dinyatakan bahwa Corrie telah
mendapatkan tempat mengajar di His Airmedidi dan esoknya mulai mengajar.
*Selesai*
Asmara Jaya
Rustam,
pelaku pertama dalam cerita ini adalah pelaku utama dalam cerita ini adalah
seorang pemuda yang berasal dari Minangkabau, menjabat komis pada sebuah kantor
di Bandung. Dengan tidak minta izin orang tuanya ia menikah dengan seorang
gadis sunda bernama Dirsina, dan mempunyai anak perempuan bernama Dirhamnsyah.
Mendengar Rustam telah menikah itu, bukan main marah ayahnya. Ia bermaksud
menikahkan Rustam dengan seorang gadis dikampunya yang telah dipilihnya bernama
Nuraini. Untuk melaksanakan maksudnya itu, ayah Ristam pergi ke Bandung dan
memaksa Rustam untuk menandatangani surat sebagai wakil tertulis untuk
dinikahkan dengan Nuraini. Karena hormatnya kepada orang tua tanpa
memberitahukan Desrina Rustam terpaksa mau menandatangani surat tersebut.
Setelah
itu kembali lah ayah Rustam ke Minangkabau sambil membawa surat itu. Beberapa
bulan setelah kejadian itu, ayah dan ibu Rustam dating ke bandung sambil
mengantarkan istri rustam yang kedua itu. Dengan disertai oleh ibu Nuraini
sendiri. Pada waktu berlayar, dikapal Nuraini tertarik akan suara gesekan biola
seorang okzichter muda bernama Ibrahim siregar. Pada saat itulah mereka berdua
bertemu mata. Dalam pada itu di Bandung
Rustam beru saja mendapkan musibah, yakni anak yang sangat disayanginya,
Dirhansyah meninggal dunia. Karena itulah maka kedatangan ayahnya yang membawa
istri barunya itu menimbulkan kehebohan.
Setelah
mereka itu tiba, Rustam menolak menerima Nuraini yang dibawa oleh orang tuanya
itu, dengan alas an bahwa anaknya baru saja meninggal dan tak sampai hati
melihat Dirsina yang telah ditinggal mati oleh anakkanya. Mendengar itu
terjadilah pertengkaran hebat dirumah Rustam. Ibu Rustam mencacu maki Rustam
habis-habisan, akhirnya keluarga Rustam yang baru saja tiba itu meninggalkan
rumah rustam dan tinggal di rumah yang lain.akibat pertengkaran itu Dirsina
jatuh pingsan sehingga Rustam menjadi bingung. Dal kebingungan itu Rustam hampir
saja menembak dirinya dengan sebuah pistol. Untunglah sebelum itu ada` seorang
wanita Belanda bernama Nyonya Meerman, yang setelah melihat gerak-gerik Rustam
yang mencuringakan itu berhasil mendaptkan pistol itu dan menguncinya dalam
sebuah laci. Setelah itu Nyonya Meerman berunding dengan ibu Nuraini dan
menceritakan keadaan Rustam. Ibu Nuraini sendiri sebenarnya berdasarkan
pengalamamannya sendiri mengetahui bagaimana sakitnya hati jika dimadu. Itulah
sebabnya, setelah mendengarkan cerita Nyonya Meerman tersebut, dengan ikhlas ia
menerima anaknya dicerai oleh Rustam, apalagi jika diingatnya bahwa anaknya
jangankan dicinta, kenal dengan rustam pun ia belum. Dengan demikian masih
mudahlah ia mencarikan Nuraini jodoh yang lain, apalagi kalau diingat kalau
Nuraini masih muda.
Akhirnya
pulanglah kedua orang tua Rustam beserta Nuraini dan ibunya ke Minangkabau
setelah mengalami kegagalan dalam menjodohkan Rustam dengan Nuraini.
*Selesai*
Jempua Aceh
Seorang
pemuda Aceh bernama Nya Amat pada suatu hari tatkala naik kereta api,bertemu
dengan seorang gadis Aceh pula yang bernama Siti Saniah. Kebetulan pada waktu
itu sedang hujan. Untuk menghindari aitr yang masuk, Nya Amat minta izin kepada
Siti Saniah untuk menutup jendela. Secara kebetulan cicin Nya Amat ketika itu
jatuh ke dalam bakul Siti Saniah. Sejak itulah mereka pun itu berkenalan.
Dan perkenalan itu makin lama makin
berubah menjadi percintaan. Pada suatu hari Nya Amat bersama-sama Siti Saniah
pergi berjalan-jalan. Tatkala itu Siti Saniah hampir saja mendapatkan
kecelakaan, yakni masuk ke jurang. Terhadap kejadian itu, orang tua Siti Saniah
sangatlah berterima kasuh kepada Nya Amat.
Hubungan
Siti Saniah dengan Nya Amat makin lama makin erat, leboh-lebih karena keduanya
sependapat, yakni ingin memajukan bangasa mereka dan memberantas nikah paksa yang
bersarang sangat kuat apada masyarakat., Nya Amat berhasil mendirikan beberapa
buah sekolah. Akhirnya dengan pertolongan seorang perempuan bernama Ny Sulaiman
bertunangan dengan Siti Saniah.
Dalam
pada saat itu ada seorang lelaki bernama Teuku Banta Rahman. Ia anak seorang
raja di Malaka, karena kejamnya ia dibuang oleh rakyat ke Aceh. Di situlah ia
jatuh cinta kepada Siti Saniah. Ia ingin memperistri Siti Saniah. Untuk
mencapai maksudnya dengan bantuan nenek kebayan ia menyuap orang tua Siti
Saniah, yang memutuskan pertunengannya dengan Nya Amat. Terhadap pemutusan
pertunangan itu, Nya Amat tidak dapat berbuat apa-apa kecuali, hanya tinggal
bersedih saja. Walaupun demikian namun masih juga dia dapat mengatasi perasaan
sediahnya itu. Sebaliknya tenyang Siti Saniah, karena tak kuasa ia menolak
kehendak orang tuanya yang memegang teguh adat daerahnya yang sangat kuat itu,
ia pun jatuh sakit lahir maupun batin dan tak lama kemudian meninggallah ia
akibat kesedihan yang dideritanya itu.
Anak Perawan di Sarang Penyamun
Seorang saudagar dipagar Alam
bernama Haji Sahak. Pada suatu pagi di Palembang bersama-sama istrinya Nyi haji
andun dan anak perempuannya bernama sayu hendak menjual berpuluh-puluh ekor
kerbaunya. Perjalanan haji sahak telah dimata-mata oleh sekawan penyamun.
Ketika mereka kembali ke Palembang, ditengah jalan ditempat mereka bermalam di
pesawangan mer4eka didatangai oleh sekawanan penyamun itu bersarang. Hanya
tinggallah Nyi Haji Andun, yang dengan perasaan sedih pulang ke rumahnya.
Seorang mata-mata penyamun itu,
Samad namanya, seteah diketahuinya usaha kawan-kawannya itu berhasil, datanglah
ia pada keesokan harinya ke sarang penyamun itu untuk menerima bahagianya. Di
situlah ia berjumpa dengan Sayu, agaknya Samadhendak memiliki anak gadis itu
dan bermaksud hendak melarikannya dari gangguan para penyamun itu, sedang
kepada gadis itu telah dijanjikan pula akan dikembalikannya kepada orang
tuanya. Sebenarnya Samad ialah orang yang tidak boleh dipercaya karena ia hanya
mementingkan dirinya sendiri. Untunglah Sayu segera dapat mengetahui akan
kecurangan Samad, sehingga segera juga hilang kepercayaanya kepada laki-laki
itu, biarpun ia telah berjanji akan menolongnya. Bahkan akhirnya Sayu dapat
mengetahui bahwa Samad dapat mengetahui bahwa Samad ialah orang yang menjadi
mata-mata Medasing kepala penyamun yang melarikannya itu.
Medasing sendiri sebenarnya bukanlah
keturunan penyamun, karena ia berasal dari orang biasa. Pada waktu kecilnya,
kampungnya didatangi perampok, kampung halamnya dibakar dan ia dilarikan oleh
perampok itu, seperti dia melahirkan Sayu anak Haji Sahak itu,karena tidak ada
kehidupan lain yang dikenalnya setelah ia dewasa,maka ketika kepala perampok
yang memeliharkanya itu meninggal dialah yang diangkat oleh kawan-kawannya
menjadi kepala penyamun untuk menggantikan perampok tua itu.
Mula-mula bintang Medasing selalu
cemerlang, tapi setelah ia membunuh Haji sanak itu, bintangnya mulai suram
beberapa kali rencananya selalu gagal, malahan hampir saja ia tewas suatu
pertempuran dengan kompeni. Hal itu disebabkan oleh penghianatan saman.
Berturut-turut teman-teman Medasing tewas dan yang terakhir ialah temannya yang
hanya seorang diri saja, yakni yang bernama Sanib, yang dalam suatu perburuan
mendapat kecelakaan pula malahan Medasing sendiri pun mendapat kecelakaan dalam
perburuaan itu, yakni tangannya patah. Sejak itu tinggallah mereka berdua saja
dalam rimba raya itu. Karena khawatirnya akan tidak dapat makan lagi, mengingat
persediaan makanan mereka telah hampir habis, Sayu yang tidak pernah berbicara
dengan Medasing mulai memberanikan diri berbicara.
Akibat pergaulanya tiap hari dengan
Sayu itulah akhirnya Medasing dapat kembali menjadi orang baik. Karena ajakan
Sayulah maka Medasing mau menenpuh hidup seperti orang biasa akhirnya mereka
memutuskan hendak menemui Nyi haji Andun. Untunglah mereka masih dapat menemui
haji Nyai Andun yang sedang sakit keras karena sedih. Peninggalan Nyi Haji
Andun, Medasing berusaha sungguh-sungguh menenpuh hidup baru, sehingga ia
berhasil menjadi orang baik-baik, terhormat dan berharta sehingga akhirnya
Medasing dan Sayu dapat hidup menjai suami-istri yang hidup bahagia
*Selesai*