Friday, February 28, 2014

sinopsis novel


Sinopsis Novel

Bulang Cahaya

Tentang racikan bumbu percintaan yang kandas antara dua tokoh (Raja Jaafar yang memiliki garis keturunan Bugis-Melayu, dan Tengku Buntat yang memiliki garis murni Melayu), memang merupakan benang merah cukup penting dalam merakit novel ini menjadi sebuah novel yang indah.Meskipun pada beberapa bagian saya anggap kurang optimal, tapi penggarapan kisah cinta yang mewarnai sebuah pergolakan besar, adalah sebuah mata air bagi daya tarik pembaca untuk melayarkan imajinasinya menuju pada muara besar persoalan sesungguhnya.Dari dua tokoh sentral inilah, Rida memulai penjabaran pancakaki (jalinan sejarah kekerabatan) yang melatarbelakangi terbentuknya sebuah imperium kekuasaan Bugis-Melayu di tanah Riau.
Dijabarkan lewat pancakaki yang menghubungkan Raja Jaafar dan Tengku Buntal, bahwa Raja Jaafar adalah cucu dari Daeng Celak (putra dari bangsawan Kerajaan Luwu, Bugis, yang kemudian menikah dengan Tengku Mandak yang berdarah Melayu, dan menjadi Yang Dipertuan Muda II), yakni anak dari Raja Haji (yang kemudian menjabat sebagai Yang Dipertuan Muda IV). Siapakah Daeng Celak? Daeng Celak adalah salah satu dari lima bersaudara (yakni Daeng Marewa, Daeng Celak, Daeng Perani, Daeng Manambun dan Daeng Kumasi, yang kesemuanya adalah bangsawan Bugis) yang berjasa membantu Tengku Sulaiman saat berperang untuk menyingkirkan Raja Kecik dari tahta Kerajaan Johor. Atas balas jasa Tengku Sulaiman, yang kemudian naik tahta menjadi Sultan, dibuatlah sebuah perjanjian antara Bugis-Melayu yakni Ikrar Sumpah Setia Melayu Bugis yang berisi kesepakatan untuk membangun negara secara bersama-sama, dengan pembagian wewenang dari pihak Bugis untuk secara mutlak mengepalai keamanan dan ekonomi (dengan gelar Yang Dipertuan Muda), sedangkan dari pihak Melayu memiliki wewenang sebagai kepela pemerintahan (yang mengurusi urusan dalam negeri, agama, dan adat istiadat). Dari garis keturunan tersebut, maka Raja Jaafar kelak adalah pewaris tahta yang sah untuk jabatan Yang Dipertuan Muda.Sedangkan Tengku Buntal adalah putri berdarah Melayu anak dari Tengku Muda Muhammad (yang kelak dinobatkan secara tidak fair menjadi Yang Dipertuan Muda V, sebuah keputusan yang dianggap menciderai Ikrar Ikrar Sumpah Setia Melayu Bugis).
Ikatan darah dari hasil perkawinan Melayu-Bugis, yang berkembang kemudian menjadi strategi politik untuk saling menguasai inilah yang pada akhirnya menjadi cikal bakal kerumitan yang berujung pada ketegangan hingga pertumpahan darah.Nafsu saling menguasai, saling mempengaruhi, fitnah dan ancaman, ditambah keruwetan campur tangan luar (yakni pihak Inggris dan Belanda), menjadikan Riau selalu terancam perpecahan.

                                                *selesai*












Cinta Pertama

Cinta pertama itu abadi, walau tak selalu berlanjut ke jenjang pernikahan namun kenangannya tak pernah terhapus dalam ingatan kita yang pendek ini. Umumnya tiap orang selalu mengenang bagaimana pertama kali ia jatuh cinta, dari mulai cinta pertama yang konyol, yang mengharu biru, hingga cinta pertama yang abadi. Apapun dan bagaimanapun akhir dari kisah cinta pertama biasanya selalu menarik untuk dikenang baik sekedar untuk disimpan dalam hati, dicurhatkan kepada teman, ditulis di blog-blog pribadi, atau tak jarang menjadi sumber inspirasi para penulis-penulis novel roman. Ivan Tugenev (1818-1883), salah satu penulis besar dalam sejarah kesusasteraan Rusia tak mau ketinggalan untuk menuliskan roman tentang kisah cinta pertama. Namun ini bukan kisah cinta pertamanya, melainkan cinta pertama tokoh khayalannya, Vladimir Petrovitsy.Novel ini atau lebih tepatnya disebut novelette ini diawali dengan adegan dalam sebuah pesta dimana Vladimir berserta kawan-kawannya duduk bersama untuk saling menceritakan kisah cinta pertama mereka.
Dari narasi Vladimir Pertovitsy inilah mengalir bagaimana dirinya mengalami cinta pertamanya disaat usianya baru 16 tahun.Dikisahkan Vladimir jatuh cinta pada tetangganya, Zinaida Zasyekina yang telah berusia 21 tahun. Zinaida ini tinggal bersama ibunya yang sudah tua, puteri Zaskeyina .Meskipun memiliki garis keturunan bangsawan, puteri Zasyekina dan anak gadisnya itu hidup dalam kemiskinan dan tinggal si sebelah rumah Valdimir, karena kecantikannya, hampir setiap hari Zinaida dikelilingi oleh para pria-pria yang berkumpul di rumahnya, mereka terdiri berbagai profesi, ada dokter, tentara, penyair, dll.Vladimir yang saat itu merupakan pria termuda juga tak ketinggalan untuk ikut ambil bagian dalam setiap pertemuan itu.Zinaida menggunakan kesempatan itu untuk bermain dan berolok-olok bersama para pria yang memujanya. Walaupun kadang permainan yang digagas oleh Zianida itu melecehkan mereka, para pria itu tetap setia mengikutinya sambil berharap mendapat cinta dari sang puteri. Seperti halnya para pria itu Vladimirpun memuja dan mencintai Zinaida.Lambat laun Zianida mengetahui gelagat Vladimir yang diam-diam mencintainya. Walau Zianida sadar bahwa dirinya lebih tua dari Vladimir namun Zianida mennyambut cinta Vladimir dengan memberi peluang-peluang pada Vladimir untuk berada di dekatnya hingga akhirnya ia mengangkat Vladimir sebagai pengawal pribadinya. Namun cinta Vladimir tak semulus harapannya, kedekatannya dengan pujaan hatinya selaku pengawal pribadinya malah membawanya pada kenyataan bahwa cinta pertamanya itu harus berujung pada kenyataan pahit yang membuat dirinya serasa tersambar petir di siang bolong!,


                                                *Selesai*




















Kisah terjadi apabila Wardah terpaksa menggantikan novel Laily (adik dia) yang telah dia rosakkan dulu. Novel apa? Of course novel sedih karya Noor Suraya; Nyanyian Tanjung Sepi itu.Dahlah novel tu dah tidak diulang cetak. Maka menggagaulah Wardah ke hulu ke hilir mencari novel tu.Akhirnya dia jumpa, tapi sayangnya novel tu dah dibeli oleh lelaki yang memakai baju melayu hijau serindit (hijau striking). Dahlah beli sekali dua! Bengang gila dia masa tu. Terus dia gelar mamat tu dengan nama Shrek. Part ni memang kelakar ok! Kelakar dan kesian sikit.. Hehe...Si mamat tu pulak gelar dia Dorothy pasal dia pakai kasut merah. Memang sweet kan?


Jadi kerana cerita Syud semua ber-motif-kan "kalau dah jodoh tak ke mana" makanya cerita ini pun harus begitu.
Asyik terserempak aje Wardah dan Firas Adam @ Pacai ni.
Adalah adegan-adegan kelakar dalam ni yang buatkan aku gelak je manjang. Dah macam orang gila pun ada jugak... Ekeke.. Dulu Wardah pernah sukakan Ilham tapi Ilham tu not available dah, jadi dia terpaksa serapkan dalam hati yang Ilham tu harus dilayan sebagai abang sahaja, tak lebih daripada tu...
Ok, part ni aku dah paham perasaan Wardah yang mana bila kita suka seseorang tu tapi kita tahu juga yang dia sememangnya bukan untuk kita jadi kita harus anggap dia seperti admire di zaman sekolah yang memberi kita dorongan untuk terus ke sekolah walaupun ada matapelajaran yang cikgunya kita memang tak suka, tapi semuanya harus diabaikan sebab ada dorongan kan.. *wink!* (merepek!!)

Tiba-tiba bila si ibu mula masuk campur soal jodoh, dia terus menggelabah. Harus mencari seseorang yang dapat dijadikan pretend-boyfriend.Sayangnya dia tak ramai kawan lelaki dan dia harus cari lelaki yang tidak dikenali.
Dan dipilih juga Firas."Tengok muka pun tahu yang lelaki tu tak berapa budiman" Hahah..serius ayat ni lawak. Boleh eh tengok muka pun dah tahu orang tu budiman ke tak? Ekekeke...Tapi tak budiman-tak budiman pun, lelaki itu juga yang sanggup nak jadi pretend-boyfriend dia.
Wardah: "I didn't like you. You know" 
Firas: "Heh" 
Wardah: "Jangan buat gaya angkuh you tu, Firas"
Firas: "Hahahahaha comelnya angkuh... dah lama I tak dengar orang
sebut perkataan tu. Seriously, pemilihan
perkataan you ni comel la"















Kasih Ibu
Dari kota Temohon ada seorang janda yang mempunyai tiga orang anak yang sulung dan yang tengah perempuan, masing-masing bernama Corrie dan Emma, sedangkan yang bungsu laki-laki bernama Rudolf. Berkat asuhan ibu yang pengasih dan penyayang, dapatlah ketiga anak tersebut mengecap pelajaran di sekolah. Setelah Corrie tamat SD, ia melanjutkan sekolahnya di SGB Ambon. Pada waktu Corrie masuk SGB tersebut, Emma dan Rudolf masuk SD, sama-sama duduk di kelas satu, setelah tamat SD, Emma tinggal di rumah saja. Ia tidak diterima melanjutkan sekolahnya, karena tidak dapat memenuhi syarat-syarat yang diharuskan.
Tentang Rudolf, Karen aumurnya kurang setelah tamat SD, maka dia tidak diterima mengikuti ujian masuk SGB. Karena itu terpaksalah ia menunggu setahun lagi. Tetapi karena penyakit yang dideritanya, terpaksalah Rudolf tidak dapat mengikuti pelajaran di sekolah. Menjelang akan diadakan ujian, Rudolf mendaftarkan namanya kepada kepala sekolahnya dahulu, untuk diperkenankan mengikuti ujian masuk SGB. Permintaanya itu dikabulkan. Rudolf bersama-sama delapan orang temannya akan ikut mengikuti ujian tersebut. Karena ujian masuk itu diadakan di manado, maka sehari sebelum ujian diadakan, Rudolf diantarkan oleh Ibunya di Manado, tinggal di rumah paman Rudolf.
Badan Rudofl pada saat mengikuti ujian tersebut masuh kurus dan lemah, karena penyakit yang telah lama dideritanya. Setelah selesai mengikuti ujian masuk tersebut, Rudofl berserta Ibunya kembali ke Tomohon. Beberapa hari setelah ujian tersebut, Rudolf jatuh sakit lagi. Untunglah pada suatu saat Corrie dating sete;ah ia lulus dalam ujian penghabisannya. Berkat pemerilaraan Corrie terhadap adinya itu, demikian perawatan dari Emma dan Ibunya, maka sembuhlah Rudolf dari penyakitnya.
Pada beberapa  bulan kemudian Rudolf mendapat kabar dari kepala SGB Makassar(Sekarang : Ujung Pandang) bahwa dia lulus dalam ujiannya yang lalu. Pemeriksaan dokter atas kesehatan badannya dilakukan di Makassar. Pada hari yang ditentukan, dengan diantarkan oleh Ibunya, berangkatlah Rudolf ke Manado. Dari Manado Rudolf dilpeas olaeh Ibu dan pamannya pergi naik kapal ke Makassar. Setelah mendap perawatan seminggu di Makassar dan kesahatannya mnegizinkan setelah pemeriksaan dokter, maka Rudolf pun menjadi murid  SGB di Makassar. Dalam suratnya yang pertama kepada Ibunya, Rudolf menyatakan kegembiraannya atas diterimanya masuk di SGB tersebut. Dalam surat balas ibunya kepada Rudolf dinyatakan bahwa Corrie telah mendapatkan tempat mengajar di His Airmedidi dan esoknya mulai mengajar.

                                                            *Selesai*













Asmara Jaya

            Rustam, pelaku pertama dalam cerita ini adalah pelaku utama dalam cerita ini adalah seorang pemuda yang berasal dari Minangkabau, menjabat komis pada sebuah kantor di Bandung. Dengan tidak minta izin orang tuanya ia menikah dengan seorang gadis sunda bernama Dirsina, dan mempunyai anak perempuan bernama Dirhamnsyah. Mendengar Rustam telah menikah itu, bukan main marah ayahnya. Ia bermaksud menikahkan Rustam dengan seorang gadis dikampunya yang telah dipilihnya bernama Nuraini. Untuk melaksanakan maksudnya itu, ayah Ristam pergi ke Bandung dan memaksa Rustam untuk menandatangani surat sebagai wakil tertulis untuk dinikahkan dengan Nuraini. Karena hormatnya kepada orang tua tanpa memberitahukan Desrina Rustam terpaksa mau menandatangani surat tersebut.
            Setelah itu kembali lah ayah Rustam ke Minangkabau sambil membawa surat itu. Beberapa bulan setelah kejadian itu, ayah dan ibu Rustam dating ke bandung sambil mengantarkan istri rustam yang kedua itu. Dengan disertai oleh ibu Nuraini sendiri. Pada waktu berlayar, dikapal Nuraini tertarik akan suara gesekan biola seorang okzichter muda bernama Ibrahim siregar. Pada saat itulah mereka berdua bertemu mata. Dalam pada itu di Bandung  Rustam beru saja mendapkan musibah, yakni anak yang sangat disayanginya, Dirhansyah meninggal dunia. Karena itulah maka kedatangan ayahnya yang membawa istri barunya itu menimbulkan kehebohan.
            Setelah mereka itu tiba, Rustam menolak menerima Nuraini yang dibawa oleh orang tuanya itu, dengan alas an bahwa anaknya baru saja meninggal dan tak sampai hati melihat Dirsina yang telah ditinggal mati oleh anakkanya. Mendengar itu terjadilah pertengkaran hebat dirumah Rustam. Ibu Rustam mencacu maki Rustam habis-habisan, akhirnya keluarga Rustam yang baru saja tiba itu meninggalkan rumah rustam dan tinggal di rumah yang lain.akibat pertengkaran itu Dirsina jatuh pingsan sehingga Rustam menjadi bingung. Dal kebingungan itu Rustam hampir saja menembak dirinya dengan sebuah pistol. Untunglah sebelum itu ada` seorang wanita Belanda bernama Nyonya Meerman, yang setelah melihat gerak-gerik Rustam yang mencuringakan itu berhasil mendaptkan pistol itu dan menguncinya dalam sebuah laci. Setelah itu Nyonya Meerman berunding dengan ibu Nuraini dan menceritakan keadaan Rustam. Ibu Nuraini sendiri sebenarnya berdasarkan pengalamamannya sendiri mengetahui bagaimana sakitnya hati jika dimadu. Itulah sebabnya, setelah mendengarkan cerita Nyonya Meerman tersebut, dengan ikhlas ia menerima anaknya dicerai oleh Rustam, apalagi jika diingatnya bahwa anaknya jangankan dicinta, kenal dengan rustam pun ia belum. Dengan demikian masih mudahlah ia mencarikan Nuraini jodoh yang lain, apalagi kalau diingat kalau Nuraini masih muda.
            Akhirnya pulanglah kedua orang tua Rustam beserta Nuraini dan ibunya ke Minangkabau setelah mengalami kegagalan dalam menjodohkan Rustam dengan Nuraini.

                                                            *Selesai*









Jempua Aceh

            Seorang pemuda Aceh bernama Nya Amat pada suatu hari tatkala naik kereta api,bertemu dengan seorang gadis Aceh pula yang bernama Siti Saniah. Kebetulan pada waktu itu sedang hujan. Untuk menghindari aitr yang masuk, Nya Amat minta izin kepada Siti Saniah untuk menutup jendela. Secara kebetulan cicin Nya Amat ketika itu jatuh ke dalam bakul Siti Saniah. Sejak itulah mereka pun itu berkenalan. Dan  perkenalan itu makin lama makin berubah menjadi percintaan. Pada suatu hari Nya Amat bersama-sama Siti Saniah pergi berjalan-jalan. Tatkala itu Siti Saniah hampir saja mendapatkan kecelakaan, yakni masuk ke jurang. Terhadap kejadian itu, orang tua Siti Saniah sangatlah berterima kasuh kepada Nya Amat.
            Hubungan Siti Saniah dengan Nya Amat makin lama makin erat, leboh-lebih karena keduanya sependapat, yakni ingin memajukan bangasa mereka dan memberantas nikah paksa yang bersarang sangat kuat apada masyarakat., Nya Amat berhasil mendirikan beberapa buah sekolah. Akhirnya dengan pertolongan seorang perempuan bernama Ny Sulaiman bertunangan dengan Siti Saniah.
            Dalam pada saat itu ada seorang lelaki bernama Teuku Banta Rahman. Ia anak seorang raja di Malaka, karena kejamnya ia dibuang oleh rakyat ke Aceh. Di situlah ia jatuh cinta kepada Siti Saniah. Ia ingin memperistri Siti Saniah. Untuk mencapai maksudnya dengan bantuan nenek kebayan ia menyuap orang tua Siti Saniah, yang memutuskan pertunengannya dengan Nya Amat. Terhadap pemutusan pertunangan itu, Nya Amat tidak dapat berbuat apa-apa kecuali, hanya tinggal bersedih saja. Walaupun demikian namun masih juga dia dapat mengatasi perasaan sediahnya itu. Sebaliknya tenyang Siti Saniah, karena tak kuasa ia menolak kehendak orang tuanya yang memegang teguh adat daerahnya yang sangat kuat itu, ia pun jatuh sakit lahir maupun batin dan tak lama kemudian meninggallah ia akibat kesedihan yang dideritanya itu.

Anak Perawan di Sarang Penyamun

            Seorang saudagar dipagar Alam bernama Haji Sahak. Pada suatu pagi di Palembang bersama-sama istrinya Nyi haji andun dan anak perempuannya bernama sayu hendak menjual berpuluh-puluh ekor kerbaunya. Perjalanan haji sahak telah dimata-mata oleh sekawan penyamun. Ketika mereka kembali ke Palembang, ditengah jalan ditempat mereka bermalam di pesawangan mer4eka didatangai oleh sekawanan penyamun itu bersarang. Hanya tinggallah Nyi Haji Andun, yang dengan perasaan sedih pulang ke rumahnya.
            Seorang mata-mata penyamun itu, Samad namanya, seteah diketahuinya usaha kawan-kawannya itu berhasil, datanglah ia pada keesokan harinya ke sarang penyamun itu untuk menerima bahagianya. Di situlah ia berjumpa dengan Sayu, agaknya Samadhendak memiliki anak gadis itu dan bermaksud hendak melarikannya dari gangguan para penyamun itu, sedang kepada gadis itu telah dijanjikan pula akan dikembalikannya kepada orang tuanya. Sebenarnya Samad ialah orang yang tidak boleh dipercaya karena ia hanya mementingkan dirinya sendiri. Untunglah Sayu segera dapat mengetahui akan kecurangan Samad, sehingga segera juga hilang kepercayaanya kepada laki-laki itu, biarpun ia telah berjanji akan menolongnya. Bahkan akhirnya Sayu dapat mengetahui bahwa Samad dapat mengetahui bahwa Samad ialah orang yang menjadi mata-mata Medasing kepala penyamun yang melarikannya itu.
            Medasing sendiri sebenarnya bukanlah keturunan penyamun, karena ia berasal dari orang biasa. Pada waktu kecilnya, kampungnya didatangi perampok, kampung halamnya dibakar dan ia dilarikan oleh perampok itu, seperti dia melahirkan Sayu anak Haji Sahak itu,karena tidak ada kehidupan lain yang dikenalnya setelah ia dewasa,maka ketika kepala perampok yang memeliharkanya itu meninggal dialah yang diangkat oleh kawan-kawannya menjadi kepala penyamun untuk menggantikan perampok tua itu.
            Mula-mula bintang Medasing selalu cemerlang, tapi setelah ia membunuh Haji sanak itu, bintangnya mulai suram beberapa kali rencananya selalu gagal, malahan hampir saja ia tewas suatu pertempuran dengan kompeni. Hal itu disebabkan oleh penghianatan saman. Berturut-turut teman-teman Medasing tewas dan yang terakhir ialah temannya yang hanya seorang diri saja, yakni yang bernama Sanib, yang dalam suatu perburuan mendapat kecelakaan pula malahan Medasing sendiri pun mendapat kecelakaan dalam perburuaan itu, yakni tangannya patah. Sejak itu tinggallah mereka berdua saja dalam rimba raya itu. Karena khawatirnya akan tidak dapat makan lagi, mengingat persediaan makanan mereka telah hampir habis, Sayu yang tidak pernah berbicara dengan Medasing mulai memberanikan diri berbicara.
            Akibat pergaulanya tiap hari dengan Sayu itulah akhirnya Medasing dapat kembali menjadi orang baik. Karena ajakan Sayulah maka Medasing mau menenpuh hidup seperti orang biasa akhirnya mereka memutuskan hendak menemui Nyi haji Andun. Untunglah mereka masih dapat menemui haji Nyai Andun yang sedang sakit keras karena sedih. Peninggalan Nyi Haji Andun, Medasing berusaha sungguh-sungguh menenpuh hidup baru, sehingga ia berhasil menjadi orang baik-baik, terhormat dan berharta sehingga akhirnya Medasing dan Sayu dapat hidup menjai suami-istri yang hidup bahagia

                                                            *Selesai*
           

Saturday, February 22, 2014

makalah penentuan kelas kata



PENENTUAN KELAS KATA DALAM TATA BAHASA INDONESIA
DI SUSUN OLEH
DESMAWATI
116210292
KELAS IIIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA  INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2012






KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. Atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah Penentuan Kelas Kata dalam Tata Bahasa Indonesia. Dalam hal ini penulis menyadari, bahwa tanpa adanya nikmat yang diberikan oleh-Nya, maka penulis tidak akan dapat menyelesaikan penyususan makalah ini dengan baik dan lancar.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang te lah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga Allah Swt. Senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Pekanbaru, Desember 2012



                                                                                     Penulis







i
 
 
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………             i
DAFTAR ISI ………………………………………………………..              ii
BAB I  PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …….………………………………..……………              1
1.2 Ruang Lingkup……………………………………………………             3
1.3  Rumusan Masalah………………………………….……............              3
1.4  Tujuan Penulisan…………………………………………….......               3
1.5 Manfaat Penulisan………………………………………………..                 4
1.6 Penjelasan Istilah…………………………………………………              5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Kata……………………………………… …………….              7
2.2 Batasan Kata…….……………………………………………….              8
2.3 Alat dalam Pembentuk Kata…………………………………….               8
2.4 Penentuan dan Pembentukan kata…………………………….              9
2.5 Klasifikasi Kata………………………………………………….             14
2.6 Hasil ……………………………………………………………..             15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………..             19
3.2 Saran……………………………………………………………..            20
ii
 
DAFTAR PUSTAKA. ………………………………………………            21



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Proses morfologi pada dasarnya adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), penggulangan (dalam proses reduplikasi), penggabungan(dalam proses komposisi), pemendekan (dalam proses akronimisasi), dan pengubahan status (dalam roses koveresi). Prosedsur ini berbeda dengan analisis morfologi yang mencerai-ceraikan kata( sebagai satuan sintaksis)menjadi satuan-satuan yang lebih kecil. Jadi, kalau dalam analisis morfologi, seperti menggunakan teknik Immedite Constituen Analysis(IC Analysis), terhadap kata berpakaian, misalnya, mula-mula kata berpakaian dianalisis menjadi bentuk ber- dan pakaian; lalu bentuk pakaian dianalisis menjadi bentuk pakai dan –an. Maka dalam proses morfologi prosedurnya dibalik: mula-mula dasar pakai diberi sufiks –an  menjadi pakaian. Kemudian kata pakaian itu diberi prefik ber- menjadi berpakaian. Jadi, kalau analisis morfologi ceraikan data kebahasaan yang ada, sedangkan proses morfologi mencoba menyusun dari komponen-komponen kecil menjadi sebuah bentuk yang lebih besar yang berupa kata kompleks atau kata yang polimorfemis.
1
 
 Kata dalam bahasa Indonesia terdiri atas satu suku kata atau lebih. Kata dibentuk dari gabungan bermacam-macam suku kata. Suku kata dalam bahasa Indonesia terdiri atas 11 macam bentuk suku kata. Istilah kata sering kita dengar dan gunakan. Dalam tata bahasa tradisional sebagai satuan lingual yang selalu dibicarakan adalah satuan yang disebut kata . Apakah  kata itu, bagaimana kaitannya dengan morfem, bagaimana batasan, bagaimana penentuan serta klasifikasi kata tersebut. Malah barangkali kata kata ini hampir setiap hari dan setiap saat digunakan dalam segala keperluan dan kesempatan. Tetapi kalau ditanya apakah kata itu? Maka jawabnya barangkali tidak semudah menggunakannya. Para linguis yang sehari-hari yang bergelut dengan bahasa ini, hingga dewasa ini, kiranya tidak pernah mempunyai kesamaan pendapat mengenai konsep apa yang disebut kata.
2
 
Konsep kata yang sering kita jumpai dalam berbagai buku linguistik adalah bahwa kata merupakan bentuk yang ke dalam mempunyai susunan fonologi yang stabil dan tidak berubah dan keluar mempunyai mobalitas di dalam kalimat. Dal studi kelas kata . Dalam studi kelas kata, konsep kata perlu dijelaskan tanpa harus mengabaikan tentang ciri-ciri kata. Kata harus dilihat sebagai satuan sintaksis, bukan sebagai satuan leksikal atau semantis. Jadi kata berbeda leksem dan semem. Bila ada penulis yang mendefinisikan “ kata” benda sebagai kata yang menyatakan benda atau yang dibendakan manakala membuat kategorisasi semem, bukan kata sebagai satuan sintaksis, kata hanya salah satu tataran dari gramatikal.
Pembahasan tentang suatu kelas kata tidak dapat mengabaikan wujud gramatika. Gramatika, khususnya sintaksis boleh diibaratkan suatu kerangka. Kerangka ini baru berarti dalam bahasa sebagai alat komunikasi bila kerangka itu ada “ dagingnya”  dan yang berperan sebagai subtansi gramatika adalah leksem yang merupakn bagian dari leksikol. Dalam penyelidikan sintaksis terbukti bahwa satuan diatas kata yaitu frase, klausa, dan kaliamt, dapat berperilaku sama dengan kata.
Untuk dapat digunakan di dalam kalimat atau pertuturan tertentu, maka setiap bentuk dasar, terutama dalam bahasa fleksi dan aglutunasi, harus dibentuk lebih dahulu menjadi sebuah kata gramatikal, baik melalui proses afiksasi, proses reduplikasi dan proses komposisi. Umpamanya untuk kalimat Nenek… komik itu di kamar hanya bentuk kata berprefis me- yang dapat diggunakan dalam predikat kalimat itu. Sebaliknya untuk kalimat berkonstruksi komik itu… bebek di kamar hanya kata berprefik di- yang dapat digunakan. Begitu juga untuk konstruksi kalimat… itu berlangsung di gedung kesenian hanya nominal berkonfiks per- \ -an  yang dapat digunakan : sedangkan untuk konstruksi  kalimat …jembatan itu menelan biaya 100 juta rupiah, hanya nomina berkonfiks peN- \ -an yang dapat dipakai.
3
 
Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia mempunyai dua sifat yaitu pertama membentuk kata-kata bersifat inflektif. Kemudian yang kedua membentuk kata bersifat derivatif.   
1.2 Ruang Lingkup
            Dalam berbahasa kita menggunakan kata kata yang dapat menolong kita dalam berkomunikasi. Kata-kata dalam bahasa Indonesia memiliki hakikat. Yang mana hakikat kata berguna untuk mengetahui bagaimana arti sebuah kata sesungguhnya. Sehingga dalam berbicara atau pun berkomunikasi dapat memudahkan dan menggunakan kata tersebut dengan jelas, tepat dan efesien. Kata juga memiliki batasan-batasan dalam penggunaanya. Batasan-batasan  tersebut juga dapat digunakan untuk mempermudah dalam proses menulis pada sebuah karangan. Pada pembentukan kata dalam bahasa Indonesia dapat menggunakan alat-alat pembentukan kata yang sesuai dengan kata yang ingin digunakan. Dengan adanya alat-alat pembentukan kata dan tahap-tahap pembentukan kata, kata dapat juga dibentuk dengan beberapa cara pembentukan kata agar menghasilkan kata yang ingin digunakan sesuai dengan pemakaian kata tersebut. Serta dalam bahasa Indonesia kata juga terdapat klasifikasi kata yang sesuai dengan  hakikat kata, batasan katan, alat pembentukan kata, dan cara pembentukan kata sehingga kata tersebut dapat digunakan sesuai dengan pemakaiannya.
1.3 Rumusan Masalah
  1. Bagaimanakah hakikat kata dalam bahasa Indonesia ?
  2. Bagaimanakah batasan kata dalam bahasa Indonesia ?
  3. Alat dalam pembentukan kata ?
  4. Bagaimanakah cara pembentukan  kata dala bahasa Indonesia ?
  5. Bagaimana klasifikasi kata dalam bahasa Indonesia?
1.4 Tujuan Penulisan
4
 
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagi berikut :
  1. Untuk mengetahui bagaimana hakikat kata
  2. Untuk mengetahui bagaimana batasan dalam kata
  3. Untuk mengetahui alat yang digunakan dalam pembentukan kata
  4. Untuk mengetahui bagaimana cara  pembentukan kata
  5. Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi kata
1.5  Manfaat Penulisan
Secara sederhana makalah ini dapat bermanafaat bagi beberapa pihak antara lain
  1. Mahasiswa
Dengan adanya penulisan makalah ini penulis harapkan mahasiswa khususnya program studi pendidikan bahasa Indonesia dapat mengetahui bagaimana hakikat kata, bagaimana batasan dalam kata, bagaimana cara pembentukan kata, serta bagaimana klasifikasi kata.
  1. Dosen
Dengan adanya makalah ini penulis harapkan para dosen bisa mengetahui lebih jauh lagi tentang kata walaupun sebelumnya sudah mengetahui apakah kata itu ? tetapi penulis harapkan makalah ini dapat memperbanyak dan menambah ilmu pengetahuan tentang kata bagi para  dosen..
  1. Penulis
Dengan adanya makalah yang penulis tulis. Maka makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis untuk mengetahui berbagai macam persoalan tentang pembahasan kata. Dari pembahasan yang belum penulis ketahui maupun sudah diketahui. Serta makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi penulis.
5
 
1.5 Penjelasan Istilah 
  1. Inflektif  adalah erubahan bentuk kata dalam bahasa fleksi yang menunjukkan berbagai hubungan seperti deklinasi, pronomina, adjektiva dan konjugasi.
  2. Derivatif adalah pembentukan kata baru yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata dasar.
  3. Konjungasi adalah perubahan atau penesuain bentuk pada verba.
  4. Deklinasi adalah perubahan atau penyesuian pada nomina dan ajektifa.
  5. Infinitif adalah bentuk verba yang sama sekali tidak mengandung bahas fleksi.
  6. Indikatif adalah kata yang berhubungan dengan keadaan nyata.
  7. Kala (tense) adalah perbedaan bentuk verba untuk menyatakan perbedaan bentuk waktu.
  8. Nominatif adalah bentuk kata yang timbul sebagai subjek atau bagian kata benda dari suatu predikat atau sebagai keterangan sebagai  keterangan ada bagian kalimat.
  9. Genitif adalah berkenaan dengan kepemilikan dalam bahasa fleksi.
  10. Datif adalah kata yang menduduki fungsi sebagai objek tidak langsung dari kata kerja.
  11. Akusatif adalah kasus yang menunjukkan fungsi sebagai objek langsung atau objek berpreposisi di kalimat.
  12. Verba adalah kata yang menggambarkan proses, perbuatan atau keadaan.
  13. Nomina adalah kata ayang dalam bahasa Indonesia ditandai dengan tidak dapatnya bergabung dengan kata  tidak.
  14. 6
     
    Ajektifa adalah kata yang menerangkan nomina( kata benda ) dan secara umum dapat digabung dengan kata lebih atau sangat.
  15. Preposisi adalah kata yang bisa terdapat di depan nomina.
  16. Konjungsi adalah kata atau ungkapan penghubung antarkata, antarfrasa dan antarklausa.
  17. Adverbia adalah kata yang memberian keterangan pada verba, nomina prekatif atau kalimat.
  18. Pronomina adalah kata yang digunakan untuk menggantikam orang atu benda.
  19. Numerelia adalah kata yang menyatakan bilangan, jumlah, nomor, urutan, dan himpunan.
  20. Artikulis adalah kata-kata yang berfungsi sebagai penentu atau pendenifkan.
  21. Interjeksi adalah kata-kata pengungkapan batin.
  22. Partikel adalah kata yang biasanya tidak dapat diderivasikan atau infleksikan, mengandung makna gramatikal dan tidak mengandung makna leksikal.
  23. Maskulin adalah bersifat laki-laki.
  24. Feminim adalah bersifat permpuan.
  25. Neutrum adalah anak-anak




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Kata
      Istilah kata sering kita dengar dan digunakan. Malah barangkali kata kata ini hampir setiap hari dan setiap saat digunakan dalam segala keperluan dan kesempatan. Tetapi kalau ditanya apakah kata itu ? Maka jawabnya barangkali tidak semudah menggunakannya. Para linguis yang sehari-hari yang bergelut dengan bahasa ini, hingga dewasa ini, kiranya tidak pernah mempunyai kesamaan pendapat mengenai konsep apa yang disebut kata. Menurut KBBI (2008 : 633) “kata merupakan morfem atau kombinasi morfem yang oleh bangsawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan dalam bentuk bebas atau satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri yang terjadi dari morfem tunggal atau gabungan morfem”. Kata kata dari bahasa Melayu dan Indonesia diambil dari bahasa Sanskerta katha. Dalam bahasa Sansekerta, katha bermakna “konversasi”,”bahasa”,”cerita”atau “dogeng”.
Dalam buku Linguistik Umum menurut Chaer ( 2007 : 166) Para tata bahasawan tradisional biasanya memberi pengertian terhadap kata berdasarkan arti dan ortografi. Kata adalah satuan bahasan yang memiliki satu pengertian atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua spasi, dan mempunyai satu arti.
Dalam buku Linguistik Umum menurut Chaer ( 2007 : 167)  Para tata bahasawan struktural terutama penganut Bloomfield memberi pengertian tentang kata berdasarkan batasan kata yang dibuat mereka . Kata merupakan satuan bebas terkecil ( a minimal free from ) tidak pernah diulas atau dikomentari, seolah-olah batasan itu bersifat final.
Selanjutnya menurut Chaer ( 2008 : 63)  kata merupakan bentuk yang  ke dalam mempunyai susunan fonologi yang stabil dan tidak berubah dan keluar mempunyai mobilitas dalam kalimat.
Hal senada juga dinyatakan dalam buku Ramlan  (2009 : 33) kata merupakan satuan bebas yang palin terkecil.


7
 
 
8
 
Merujuk dari pendapat di atas dapat penulis simpulkan  bahwa kata pada hakikatnya merupakan satuan gramatika terkecil yang merupakan gabungan dari beberapa suku kata sehingga membentuk kata dan memiliki satu arti ataupun pengertian.
2.2 Batasan Kata
            Menurut buku linguistik Eropa dalam pembentukan kata terdapat beberapa macam batasan kata yang digunakan adalah sebagai berikut :
  1. Setiap kata mempunyai susunan fonem yang urutannya tetap dan tidak berubah serta tidak dapat diselipi atau diselang oleh fonem lain. Misalnya kata sikat , urutan fonemnya /s/,/i/,/k/,/a/,dan /t/. Urutan itu tidak dapat diubah misalnya menjadi /s/,/k/,/a/,/i/,dan /t/ atau diselipi fonem lain.
  2. Setiap kata mempunyai kebebasan berpindah tempat di dalam kalimat, atau tempatnya dapat diisi atau digantikan oleh kata lain atau juga dapat dipisahkan dari kata lainnya. Misalnya kaliamat nenek membaca komik itu kemarin. Kalimat itu terdiri dari lima kata yaitu nenek, membaca, komik, itu, dan kemarin. Posisi kata kemarin dapat dipindahkan, umpamanya menjadi kemarin nenek membaca komik itu.
2.3 Alat Pembentukan Kata
            Menurut Abdul Chaer (2007 : 27) ada beberapa alat yang digunakan dalam proses pembentukan kata sebagai berikut :
1.      Dalam proses afiksasi sebuah afiks diimbuhankan pada bentuk dasar sehingga hasilnya menjadi sebuah kata. Umpamanya pada dasar baca diimbuhankan afiks me- sehingga menghasilkan kata membaca yaitu sebuah verba transitif aktif; pada dasar juang diimbuhkan afiks ber-  sehingga menghasilkan verba intransif berjuang.
2.      Penggulangan bentuk dasar yang digunakan dalam proses reduplikasi. Hasil dari reduplikasiini lazimnya disebut dengan istilah kata ulang. Secara umum adanya tiga macam pengulangan, yaitu pengulangan secara utuh, pengulangan dengan engubahan bunyi vocal maupun konsonandan pengulangan sebagian
3.     
9
 
Penggabungan pada sebuah bentuk dasar yang ada dalam proses komposisi. Penggabungan ini merupakan alat yang banyak digunakan dalam pembentukan kata karena banyaknya konsep yang belum ada wadahnya dan benttk sebuah kata. Misalnya bahasa Indonesia hanya punya sebuah kata untuk berbagai macam warna merah. Oleh karena itulah dibentuk gabungan kata seperti merah jambu, merah darah dan merah bata.
4.      Abserviasi khusus yang digunakan dalam proses akronimasi. Disebut abreviasi khusus karena semua abreviasi menghasilkan akronim. Abrevasi bentuk Sekolah Menengah Atas menjadi SMA adalah bukan akronim; tetapi hasil abservasi dari Jakarta Bogor Ciawi menjadi jagorawi adalah akronim.
5.      Pengubahan satus dalam proses yang disebut konversi. Misalnya, bentuk gunting yang berstatus nomina dalam kalimat “ gunting ini terbuat dari baja”, yang dapat diubah statusnya menjadi bentuk gunting yang berstatus verba, seperti dalam kalimat “ gunting dulu baik-baik, nanti baru dilem”.

2.4  Penentuan atau Pembentukan Kata
Dalam buku Linguistik Umum menurut Chaer (2007 : 170) dalam pembentukan kata mempunyai dua sifat yaitu sebagai berikut :
  1. Inflektif
Inflektif merupakan perubahan bentuk kata dalam bahasa fleksi yang menunjukkan berbagai hubungan gramatiakal seperti deklinasi, nomina, pronomina, adjektiva dan konjungasi. Kata-kata dalam bahasa-bahasa berflektif, seperti bahasa Arab, bahasa Latin, dan bahasa Sanskerta, untuk dapat digunakan di dalam kalimat harus disesuaikan dulu bentuknya dengan katagori-katagori gramatika yang berlaku dalam bahasa itu. Alat yang digunakan untuk penyesuaian bentuk itu biasanya berupa afiks, yang mungkin berupa prefiks, infiks, dan sufiks atau juga berupa modifikasi internal,yakni perubahan yang terjadi di dalam bentuk dasar itu.
10
 
            Perubahan atau penyesuaian bentuk pada verba disebut konjugasi, dan perubahan atau penyesuaian pada nomina dan ajektifa disebut deklinasi. konjugasi pada verba biasanya berkenaan dengan kala (tense), aspek, modus, diatesis, pesona, jumlah, dan jenis sedangkan deklinasi biasanya berkenaan dengan jumlah, jenis, dan kasus. Dalam buku-buku tata bahasa bahasa berfleksi, pembahasan biasanya hanya berkisar pada konjugasi dan deklinasi ini saja. Disini akan diberikan sekedar contoh konjugasi dan deklinasi itu.
            Verba bentuk infinitif bahasa Latin amare  ‘mencintai’ untuk pesona pertama tunggal,modus indikatif aktif ,bentuknya untuk kala (tense) yang berbeda adalah sebagai berikut:
Kata                Bentuk                        Arti
Presen              amo                 aku mencintai
Futura              amabo              aku akan mencintai
Perfekta           amavi               aku (telah) mencintai
            Bentuk-bentuk kata yang berbeda itu seperti amo, amamus, amas, dan amavi sesungguhnya memilliki identitas leksikal yang sama. Jadi, berarti adalah sebuah kata yang sama hanya bentuknya saja yang berbeda.
            Contoh deklinasi aktifa dalam bahasa Jerman. Ajektifa dalm bahasa Jerman mempunyai tiga macam konstruksi, yaitu:
            Pertama, konstruksi aktifa+nomina tanpa kata sandang atau pronomina apa-apa di depannya (yaitu “deklinasi kuat dari ajektifa) perhatikan bentuk tunggal dan bentuk jamaknya!
Tunggal            Maskulin                   Feminin          Neutrum
                        ‘laki-laki baik’             ‘wanita baik’   ‘anak baik’
Nominatif      :guter Mann                  gute Frau         gutes Kind
Genitif          :  guten Mannes              guter Frau        guten Kindes
Datif             :  guten Manne               guter Frau        guten Kind (e)
Jamak             Semua Jenis
Nominatif     :  gute Manner/Frauen/Kinder
Genitif          :  guter Manner/Frauen/Kinder
11
 
Datif            :   guten Manner/Faruen/Kindem
            Dari contoh di atasa dapat dilihat bahwa kata yang digunakan dalam inflektif bahasa jerman digunakan sesuai pemakaiannya.
            Kedua, berkonstruksi kata sandang definit + ajektifa + nomina (yaitu “ deklinasi lemah” dari ajektifa).
Tungal                        maskulin                     feminin                       neutrum
Nominatif    :   der gute Mann             die gute Frau   das gute  Kind
Genitif        :    des guten Manner       der guten Frau das guten Kindes
Datif           :    des guten Mann (e)     der guten Frau des guten  Kind(e)
Jamak                         Semua Jenis
Nominatif   :    die guten Manner/Frauen/Kinder
Genitif      :      der guten Manner/Frauen/Kinder
Datif         :      den guten Manner/Frauen/Kindem
            Dari contoh di atasa dapat dilihat bahwa kata yang digunakan dalam inflektif bahasa jerman digunakan sesuai pemakaiannya.
            Ketiga, berkonstruksi kata sandang indekfinit + ajektifa + nomina (yaknu deklinasi campuran kuat dan lemah).
Tunggal          Maskulin                     Feminin                      Neutrum
Nominatif    :   ein guter Mann            eine gute Frau             ein gutes Kind
Genitif        :    einer guten Manner     einer guten Fru            eines guten Kindes
Datif           :    einen guten Manne      einer guten Frau          eines guten Kind(s)
Dari contoh di atasa dapat dilihat bahwa kata yang digunakan dalam inflektif bahasa jerman digunakan sesuai pemakaiannya.
            Bahasa Indonesia bukanlah bahasa berfleksi. Jadi, tidak ada masalah bagi konyugasi dan deklinasi dalam bahasa Indonesia. Namun, banyak penulis Barat termasuk Verhaar (1978) menyatakan bentuk-bentuk seperti membaca, dibaca, terbaca, kaubaca dan bacalah adalah paradigma infleksional. Dengan kata lain, bentuk-bentuk tersebut merupakan kata yang sama, yang berarti juga mempunyai identitas leksikal yang sama. Perbedaan bentuknya adalah berkenaan dengan modus kalimatnya. Dengan demikian, me-,di-,ter-,ku- dan kau- adalah infleksional.
  1. 12
     
    Derivatif        
Pembentukan secara derevatif atau derivisional merupakan pembentukan kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya. Contohnya dalam bahasa Indonesia dapat diberikan, misalnya dari kata air yang berkelas nomina dibentuk menjadi mengairi yang berkelas verba. Kemudian dari kata makan yang berkelas verba dibentuk kata makanan yang berkelaas nomina.perbedaan identitas leksikal terutama berkenaan dengan makna, sebab meskipun kelasnya sama seperti kata makanan dan pemakan, yang sama-sama berkelas nomina, tetapi maknanya tidak sama.
Dalam pembentukan kata dapat terjadi dalam beberapa kata sehingga dapat membentuk suatu kata contohnya sebagai berikut :


 


               ber    atur       an  
            dari bagan pembentukan diatas dapat dilihat bahwa kata dalam bahasa Indonesia beraturan terjadi dalm dua tahap yaitu mula-mula pada dasar atur  diimbuhkan sufiks –an menjadi aturan . setelah iru dasar  aturan itu diimbuhkan pula denga prefiks ber- sehingga terbentuklah kata , yang memiliki arti   “mempunyai aturan”.
Dalam buku Morfologi menurut Chaer (2008 : 31 ) dalam pembentukan kata mempiliki beberapa tahap  sebagai berikut :
1.      Pembentukan setahap terjadi kalau bentuk dasarnya berupa akar atau morfem dasar . misalnya, pengimbuhan prefiks me- pada dasar beli menjadi kata membeli.

13
 
me- + beli                  membeli
pembentukan setahap dalam proses reduplikasi, misalnya dasar rumah + penggulangan (p) menjadi rumah-rumah
  rumah +  P                  rumah-rumah
pembentukan setahap dalam proses komposisi, misalnya dasar sate + dasar ayam menjadi sate ayam
                        sate + ayam                  sate ayam
2.      Pembentukan bertahap terjadi kalau bentuk dasar yang mengalami proses morfologi itu berupa bentuk polimorfemis yang sudah menjadi kata. Misalnya kata berpakaian dibentuk dengan mengimbuhkan prefiks ber- pada dasar pakian ( yang terlebih dahulu terbentuk dari proses pengimbuhan sufiks –an pada dasar pakai )

ber- + (pakai + an)                    berpakaian

3.      Pembentukan kata yang prosesnya melalui bentuk perantara. Seperti misalnya dalam proses pembentukan kata pengajar. Secara kasat kasat mata bentuk pengajar tampaknya dibentuk dari dasar yang berupa akar ajar yang diberi prefiks pe-, namun sebenarnya prose situ terjadi melalui bentuk kata mengajar  sebab makna gramatikal pengajar ‘ yang mengajar’.






Pengajar,pengajaran
 

 


Pelajar, pelajaran
 
belajar
 
ajar


 



2.5 
14
 
Klasifikasi Kata
Istilah lain yang biasa dipakai untuk klasifikasi kata adalah penggolongan kata, atau penjenisan kata. Dalam  peristilahan bahasa Inggris disebut part of spech.  Klasifikasi kata dpat dibagi berdasarkan :
1.      Kriteria makna atau semantik
Kriteria makna atau semantik dapat digunakan untuk mengidentifikasi kelas kata sebagai berikut :
a.       Kelas verba
Kelas verba merupakan kelas kata yang menggambarkan proses, perbuatan, atau keadan. Juga sering disebut dengan kata kerja.contohnya belajar, meledak dan sebagainya.
b.      Kelas nomina
Kelas nomina merupakan kelas kata dalam bahasa Indonesia ditandai oleh tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak. Juga sering berfungsi sebagai subjek atau objek dari klausa. Comtohnya rumah, kucing, meja dan sebagainya.
c.       Kelas ajektifa
Kelas ajektifa merupakan kata yang menerangkan nomina(kata benda) dan secara umum dapat digabung dengan kata lebih dan sangat. Contohnya beret, pendek, panjang dan sebagainya.
2.      Kriteria fungsi
Kriteria fungsi dapat digunakan untuk mengidentifikasi kelas kata sebagai berikut :
a.       Kelas preposisi
Kelas preposisi merupakan kata yang bisa terdapat di depan nomina. Contohnya dari, dengan,di dan ke.
b.     
15
 
Kelas konjugsi
c.       Kelas konjungsi merupakan kata atau ungkapan penghubung  antarkata,antarfrasa,anatarklausa,dan anatarkalimat. Contohnya dan, sebaliknya dan karena.
d.      Kelas adverbia
Kelas adverbia merupakan kata yang memberikan keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif atau kalimat. Contohnya sangat, lebih, dan tidak.
e.       Kelas pronomina
Kelas pronomina merupakan kata yang digunakan untuk menggantikan orang atau benda. Contohnya aku, engkau, dan dia.
f.       Kelas numeralia
Kelas numeralia merupakan kata yang menyatakan bilangan, jumlah, nomor, urutan, dan himpunan. Contohnya satu, dua, tiga dan sebagainya.
g.      Kelas artikulis
Kelas artikulis atau kata sandang merupakan kata-kata yang berfungsi sebagai penentu atau pendefinitifkan sesuatu nomina,adjektifa, atau kelas lain. Contohnya si manis.
h.      Kelas interjeksi
16
 
Kelas interjeksi merupakan kata-kata mengungkapanperasan batin. Contohnya kata-kata singkat seperti wah,cih, dan sebagainya. Kemudian kata-kata biasa seperti alhamdulillah.
h.      Kelas partikel
Kelas partikel merupakan kata yang biasanya tidak dapat diderivasikan atau diinfleksikan, mengandung makna gramatikal dan tidak mengandung makna leksikal, termasuk didalamnya artikel, konjungsi, preposisi,dan interjeksi.
2.6 Hasil
Dalam buku Linguistik Umum menurut Chaer ( 2007 : 166) Para tata bahasawan tradisional biasanya memberi pengertian terhadap kata berdasarkan arti dan ortografi. Kata adalah satuan bahasan yang memiliki satu pengertian atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua spasi, dan mempunyai satu arti.
Dalam buku Linguistik Umum menurut Chaer ( 2007 : 167)  Para tata bahasawan struktural terutama penganut Bloomfield memberi pengertian tentang kata berdasarkan batasan kata yang dibuat mereka . Kata merupakan satuan bebas terkecil ( a minimal free from ) tidak pernah diulas atau dikomentari, seolah-olah batasan itu bersifat final.
Selanjutnya menurut Chaer ( 2008 : 63)  kata merupakan bentuk yang  ke dalam mempunyai susunan fonologi yang stabil dan tidak berubah dan keluar mempunyai mobilitas dalam kalimat.
Hal senada juga dinyatakan dalam buku Ramlan  (2009 : 33) kata merupakan satuan bebas yang palin terkecil.
Merujuk dari pendapat di atas dapat penulis simpulkan  bahwa kata pada hakikatnya merupakan satuan gramatika terkecil yang merupakan gabungan dari beberapa suku kata sehingga membentuk kata dan memiliki satu arti ataupun pengertian.
17
 
Menurut buku linguistik Eropa dalam pembentukan kata terdapat beberapa macam batasan kata yang digunakan adalah sebagai berikut :
  1. Setiap kata mempunyai susunan fonem yang urutannya tetap dan tidak berubah serta tidak dapat diselipi atau diselang oleh fonem lain. Misalnya kata sikat , urutan fonemnya /s/,/i/,/k/,/a/,dan /t/. Urutan itu tidak dapat diubah misalnya menjadi /s/,/k/,/a/,/i/,dan /t/ atau diselipi fonem lain.
  2. Setiap kata mempunyai kebebasan berpindah tempat di dalam kalimat, atau tempatnya dapat diisi atau digantikan oleh kata lain atau juga dapat dipisahkan dari kata lainnya. Misalnya kaliamat nenek membaca komik itu kemarin. Kalimat itu terdiri dari lima kata yaitu nenek, membaca, komik, itu, dan kemarin. Posisi kata kemarin dapat dipindahkan, umpamanya menjadi kemarin nenek membaca komik itu.
Alat-alat yang digunakan dalam pembentukan kata sebagai berikut :
1.      Proses afiksasi;
2.      Proses reduplikasi;
3.      Proses komposisi;
4.      Proses akronimisasi dan
5.      Proses konversi
Sifat pembentukan atau penentuan kata sebagai berikut :
1.      Inflektif merupakan perubahan bentuk kata dalam bahasa fleksi yang menunjukkan berbagai hubungan gramatiakal seperti deklinasi, nomina, pronomina, adjektiva dan konjungasi.
2.      Derivatif merupakan sifat dalam membentuk kata baru , kata yang leksikalnya tidak sama dengan kata dasar.
Tahap-tahap dalam pembentukan kata sebagai berikutb :
1.      Pembentukan setahap;
2.      Pembentukan bertahap dan
3.     
18
 
Pembentukan melalui bentuk perantara.
Klasifikasi kelas kata sebagai berikut :
1.      Kriteria makna atau semantik yang digunakan untuk megidentifiksi kelas verba, nomina, dan ajektifa.
2.      Kriteria fungsi  yang digunakan untuk megidentifikasi kelas preposisi, konjungsi, adverbia, pronomina, numerelia, artikulis, interjeksi dan artikel.
Dengan selesainya pembahasan yang ada di makalah ini, maka kita semua dapat mengambil hikmah dan pelajaran yang sangat berharga dari bermacam-macam komponen yang diperlukan dalam kegiatan mengarang ataupun tulis menulis. Adapun penulis ini sebagai manusia biasa yang pastinya tidak terlepas dari segala kelemahan, keterbatasan, kekhilafan, dan kesalahan karena tentunya kita semua menyadari bahwa kesempurnaan itu hanya milik Allah Azza Wajalla semata. Untuk itu kami mohon ma’af apabila terdapat kekurangan-kekurangan dari makalah ini.














BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Merujuk dari pendapat yang dikemukakan oleh beberapa pendapat dapat penulis simpulkan  bahwa kata pada hakikatnya merupakan satuan gramatika terkecil yang  merupakan gabungan dari beberapa suku kata sehingga memiliki satu arti ataupun pengertian.
Batasan-batasan yang digunakan dalam pembentukan kata Setiap kata mempunyai susunan fonem yang urutannya tetap dan tidak berubah serta tidak dapat diselipi atau diselang oleh fonem lain. Serta setiap kata mempunyai kebebasan berpindah tempat di dalam kalimat, atau tempatnya dapat diisi atau digantikan oleh kata lain atau  juga dapat dipisahkan dari kata lainnya. Alat yang digunakan dalam pembentukan kata adalah proses afiksasi, proses reduplikasi, proses komposisi, abrevasi, dan konversi. Selain itu Ada dua sifat yang digunakan untuk pembenmtukan kata yaitu Inflektif merupakan perubahan bentuk kata dalam bahasa fleksi yang menunjukkan berbagai hubungan gramatiakal seperti deklinasi, nomina, pronomina, adjektiva dan konjungasi. Sedangakan derivatif merupakan sifat dalam membentuk kata baru , kata yang leksikalnya tidak sama dengan kata dasar. Tahap-tahap pembentukan  kata terbagi atas pembentukan kata setahap, pembentukan bertahap, dan pembentukan kata melalui bentuk perantara.
Dalam klasifikasi kata terbagi atas beberapa kelas kata berdasarkan kriteria yang digunakan. Kriteria makna atau semantik yang digunakan untuk megidentifiksi kelas verba, nomina, dan ajektifa. Sedangkan kriteria fungsi  yang digunakan untuk megidentifikasi kelas preposisi, konjungsi, adverbia, pronomina, numerelia, artikulis, interjeksi dan artikel.


19
 
 


20
 
3.2 Saran
            Adapun saran yang diberikan pada akhir makalah ini adalah sebagai berikut :
  1. Mahasiswa
Dengan mengetahui beberbagai macam persoalan tentang kata mulai dari hakikat kata, batasan kata, pembentukan kata, serta klasifikasi kata. penulis harapkan kepada mahasiswa hendaknya agar dapat menggunakan ilmu yang di dapat dari makalah ini dengan sebaik-baiknya terutama dalam mengajarkan  serta mengaplikasikan pada siswa-siswinya nanti pada saat menjadi seorang guru.
  1. Dosen
Dengan tambahan ilmu atau pun pembahasan yang dibuat penulis ini. Hendaknya Bapak Ibu dosen lebih memberikan ilmu-ilmu atau masukan dalam makalah ini tentang pembahasan yang dibuat oleh penulis agar lebih sempurna lagi.
  1. Penulis
Dengan makalah yang ini penulis hendaknya dapat mengaplikasikan pembahasan makalah ini dengan sebaik-bainya agar ilmu-ilmu yang didapat dalam penulisan ini dapat bermanfaat dan berguna bagi dirinya maupun orang lain.





DAFTAR PUSTAKA

Nasional, Departemen Pendidikan. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Edisi ke IV. Jakarta :  PT Gramedia Pustaka Utama.
Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi ke III. Jakarta :
             Balai Pustaka.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Edisi ke III. Jakarta : Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
Ramlan, M. 2009. Morfologi. Yogyakarta : CV Karyono

















21